Memburu Rasa Kopi yang Unik di Pagar Alam: Menelusuri Jejak Sejarah Kopi yang Ditanam Belanda

Minggu 07-05-2023,00:30 WIB
Reporter : Jukik
Editor : Jukik

Aris Prayitno (33), seorang warga Pagaralam membenarkan cerita Aryo. 

Aris mengatakan, bahwa nenek moyangnya datang ke Pagaralam di zaman Belanda. Asal nenek moyangnya dari Jawa Timur.

“Transmigrasi,”ujarnya beberapa waktu lalu. 

BACA JUGA:Siapkan Mental Anda! Wisata Pantai Timang di Gunungkidul Menawarkan Keindahan Alam Sekaligus Uji Adrenalin

Demikian pula Fitri (25), warga Pagaralam lainnya. Ia mengatakan, bahwa nenek moyangnya datang ke Pagaralam di zaman Belanda. 

 

Robusta

Namun Belanda tak lama menanam arabika di Pagaralam. Kopi jenis ini kemudian diganti dengan robusta. 

“Arabika lebih rawan terkena penyakit. Arabika lebih sedikit hasilnya walaupun harganya tinggi,”ucap Aryo tentang alasan Belanda mengganti arabika menjadi robusta. 

Namun Aryo lupa kapan persisnya Belanda mengganti arabika menjadi robusta.

BACA JUGA:Bikin Ngiler! Ini 5 Rekomendasi Kuliner Terbaik Saat Berwisata Ke Palembang

Hingga kini robusta bertahan di Pagar Alam dan menjadi mayoritas di perkebunan kopi di Pagar Alam. 

Ketua Masyarakat Agribisnis dan Agroindustri Indonesia (MAI) Kota Pagaralam, Anis memperkirakan, jumlah arabika di Pagar Alam hanya 20 persen saja. 

Artinya 80 persen kopi yang ditanam di Pagar Alam berjenis robusta.

Toh Boedi Majari dan anggota Poktan Hkm tetap optimis dengan masa depan arabika. 

BACA JUGA:Sastra Tutur: Guritan Besemah yang Sebenarnya

Kategori :