PAGAR ALAM, PAGARALAMPOS - Warisan leluhur berupa sastra begitu banyak 'terserak' di tanah Besemah Kota Pagar Alam.
Sedikitnya ada 14 sastra lisan Besemah yang tercatat, Kindun adalah salahsatunya.
Tidak sia-sia Asmadi melakukan mengunjungi berbagai dusun, selama bertahun-tahun Mady Lani-panggilan Asmadi melaksanakan penggalian dan juga pengamatan.
Beberapa hasilnya nampak, yakni salahsatunya dia bisa mencatat warisan sastra lisan warisan leluhur.
"Ada 14 sastra lisan Besemah yang telah saya himpun,” tulis Mady dalam secarik kertas berjudul Mengenal Kekayaan Sastra Besemah lama.
Adapun sastra lisan sendiri, menurut Mady masih dalam tulisannya di kertas itu, merupakan salahsatu genre dari tadisi lisan mengedepankan teks sastra yang maknanya perlu diwariskan kepada generasi penerus.
BACA JUGA:Selain Makam Sunan dan Pangeran di Gunung Salak, Ternyata Ada Makam Putri Raja, Siapakah Dia
Proses pewarisan ini dikatakan Mady, tidaklah mudah karena bersaing dengan suguhan teknologi informasi yang kian canggih serta siap mengetas segala bentuk tradisi leluhur.
Dari 14 sastra lisan itu, satu di antaranya adalah kindun.
Kindun adalah sastra yang dilisankan dengan cara bertutur, Ccra pengucapannya terdengar mendayu-dayu.
“Kindun biasanya digunakan untuk menina bobokkan anak,”ujar Mady, ketika dihubungi Pagaralam Pos, dalam sebuah kesempatan beberapa tahun lalu.
BACA JUGA:Selain Makam Sunan dan Pangeran di Gunung Salak, Ternyata Ada Makam Putri Raja, Siapakah Dia
Ia lantas mencontohkan kindun dengan judul Anak Umang.
Kindun ini katanya, dipakai untuk menenangkan seorang anak agar cepat terbuai dalam mimpi.