Katanya, sih, selain masakan khas Sumatra Selatan, seperti pindang, pempek, dan sejenisnya itu, Pagar Alam terkenal dengan ikan kuah kuning yang bisa ditemui di rumah-rumah makan. Entah kenapa, seharian eksplorasi Pagar Alam, saya tidak punya niatan masuk warung nasi. Jajannya cuma pas di Bukit Rimau dan di sekitaran penginapan.
Mungkin, perlu tambah satu hari lagi, nih, khusus untuk hunting kuliner. Kapan, ya, ke sana lagi?
Alasan mudah mencari makan ini jugalah yang menjadi pertimbangan saya lebih memilih bermalam di pusat kota, dibandingkan di daerah sekitar gunung. Bisa, sih, mau pindah hotel, misalnya, semalam di kota, semalam di sekitar kebun teh, tapi ribet, aah.
BACA JUGA:8 Destinasi Wisata Religi di Palembang yang Wajib Dikunjungi
Keliling Kota
Sayangnya, saya cuma punya waktu sehari untuk berkeliling Kota Pagar Alam. Otomatis, tujuan utamanya cuma Bukit Rimau dengan ikon tulisan PAGAR ALAM raksasa itu.
Ke sanalah tujuan utama saya. Setelah sarapan dan mendapatkan motor sewaan, saya bergegas ke sana. Sungguh mudah rutenya. Puncak Gunung Dempo yang terkadang tertutup awan berdiri kokoh di depan mata, seolah menjadi petunjuk jalan.
Jalurnya memang menanjak dan berliku, tapi kondisi jalan yang mulus, tidak akan menyulitkan pengunjung. Saya salah ambil jalan waktu itu, sehingga bertemu jalan berbatu. Untunglah ujungnya tetap sama, meskipun tidak berpapasan dengan satu orang pun, kecuali para pemetik teh.
Pulangnya saya mengikuti jalan beraspal dengan garis putih di tengah. Tidak ketemu lagi, tuh, jalan rusak, bahkan berpapasan dan berbarengan dengan banyak pengunjung.
BACA JUGA:10 Tempat Wisata di Sumatera Selatan yang Wajib Dikunjungi
Pokoknya, kalau yang baru pertama ke Pagar Alam dan mau ke Bukit Rimau atau Tugu Rimau, ikuti saja jalan beraspal. Begitu di pertigaan, lihatlah petunjuk jalan, dan pilihlah Jl. Rimau. Saya baru tahu ini ketika jalan mengarah pulang. Hehehe…
Tapi, ya, meskipun naiknya sendirian di jalan rusak. Nggak ada takut-takutnya, tuh. Maksudnya khawatir sama orang jahat. Mungkin karena hati riang, dan bisa bebas berhenti mau foto-foto di spot manapun.
Hamparan perkebunan tehnya benar-benar memanjakan mata, apalagi saat melihat panorama Kota Pagar Alam dari ketinggian. Wajar saja, waktu tempuh yang sebanarnya bisa kurang dari satu jam itu, bisa lebih lama, karena terpesona pemandangan alamnya.
Kalau diajak balik lagi ke Pagar Alam, saya mau banget. Masih banyak destinasi wisata alamnya yang belum saya sambangi. Kota ini, kan, juga terkenal dengan banyak air terjunnya, dan saya tidak sempat mengunjungi salah satunya.
BACA JUGA: Perlu Edukasi Khusus Berwisata Cara Baru ke Candi Borobudur
Selain Kawasan Wisata Gunung Dempo dengan Bukit Rimau, di sepanjang jalan menuju puncak yang dulu pernah digunakan sebagai spot olahraga paralayang pada PON Sumatera Selatan tahun 2004 itu, terdapat banyak tempat-tempat wisata, seperti taman-taman dan air terjun. Saya kurang tertarik pada tempat semacam itu.