UNSRI Kuhkuhkan Dua Guru Besar

Minggu 26-02-2023,14:42 WIB
Reporter : sumeks
Editor : Almi

PALEMBANG, PAGARALAMPOS – Universitas Sriwijaya (Unsri) kembali mengukuhkan dua guru besar, yakni Prof Dr Erwin Ssi MSi dari Fakultas Ilmu Komputer dan Prof Dr dr Irfannudin SpKO MPd Ked (AIFO, DMed Ed Subs APK (K) FAPS) dari Fakultas Kedokteran di Gedung Graha Unsri, kemarin.
Rektor Unsri, Prof Dr Ir H Anis Saggaff MSCE IPU ASEAN Eng, mengucapkan, selamat kepada dua guru besar yang dikukuhkan.

“Kami menambah dua guru besar lagi, maka total guru besar Unsri saat ini menjadi 143 orang,” ujar Anis pada saat pengukuhan guru besar. Dikatakan, status guru besar merupakan amanah dari Allah swt yang harus diterapkan, diamalkan ilmunya dalam membangun Unsri.
BACA JUGA:Kinerja Tinggi Ditjen Dukcapil Kemendagri Diapresiasi Bank Dunia
“Saat ini ada sekitar 400 orang lebih doktor yang sudah lektor kepala dan bisa kita usung menjadi guru besar. Bahkan kita masih butuh 300 lagi guru besar untuk bisa bertaraf dunia,” ucapnya seraya mengatakan, ke depan diharapkan lebih banyak lagi bertambah guru besar. “Dengan begitu Unsri bertaraf dunia dapat menjadi kenyataan,” urainya. Tak hanya itu, target PTN-BH salah satunya jumlah guru besar harus sebanyak 300 orang. “Itu kita targetkan bisa tercapai, saya yakin dapat,” katanya. BACA JUGA: Sekjen Kementerian Dalam Negeri Dorong Satpol PP Tegakkan Perda secara Humanis
Prof Dr dr Irfannudin mengangkat materi berjudul “Neurofisiologi Mens Sana in  Corpore Sano Untuk Individu yang Sehat, Cerdas dan Berkualitas”.  Katanya, puisi karya sastrawan Romawi “Decimus Junius Juvenalis” merupakan ekspresi pentingnya kesehatan fisik yang berpengaruh kepada kesehatan mental.  Interaksi antara kesehatan fisik dan mental tidak terlepas dari konsep fisiologi sistem neuron atau disebut neurofisiologi.
BACA JUGA:Kementerian Dalam Negeri Petakan Kebutuhan PPPK dan PNS Tenaga Kesehatan
“Secara neurofisiologi, sistem neuron terdiri dari empat fungsi yaitu fungsi otonom, sensorik, motorik, dan integrasi. Fungsi integrasi merupakan pusat koordinasi seluruh fungsi tubuh,” ujarnya. Organ-organ neuron yang terlibat adalah otak, batang otak, dan sistem limbik. Dalam fungsi integrasi, sistem neuron melibatkan emosi dan kecerdasan.
Sistem neuron terbagi menjadi susunan saraf pusat dan saraf tepi. Susunan saraf pusat terdiri dari korteks serebri, batang otak, dan medulla spinalis. Korteks serebri atau sering disebut otak merupakan bagian tertinggi sebagai pusat kecerdasan, gerak halus dan pusat sensoris. BACA JUGA:Kemendagri dan Perpamsi Jalin Kerja Sama Tingkatkan Pelayanan PDAM
Lanjutnya, korteks serebri memiliki area asosiasi yang mengatur interaksi sensoris, otonom, dan motoris melibatkan kognitif dan emosi. Area superior ini paling berisiko mengalami kerusakan misal pada penyakit stroke. Penderita stroke sering mengalami gangguan fungsi kecerdasan meski pusat vital kehidupan tetap normal.
Sistem integrasi memerlukan kapasitas intelektual yang tinggi. Melalui sistem inilah, manusia menjadi mahluk yang paling cerdas di planet ini. BACA JUGA: BPSDM Kemendagri Perkuat Kompetensi Camat untuk Tingkatkan Pelayanan Publik di Kecamatan Proses integrasi terjadi melalui kombinasi kerja dari berbagai area di otak.  Contoh proses integrasi adalah ketika menerima stimulasi sensoris berupa perintah melantunkan ayat Al-Quran. Maka stimulasi sensoris auditori akan diintegrasi ke area Wernick untuk membangkitkan memori di hipokampus tentang lafaz ayat suci.
Kemudian area motoris bicara (yaitu area Broca) menstimulasi sistem respirasi dan otot-otot lidah dan mulut untuk menyebut kata-kata lafal Al-Quran. BACA JUGA:Dirjen Bina Adwil Kemendagri Minta Daerah Tingkatkan Realisasi Anggaran Sedangkan  area gyrus presentralis menstimulasi otot wajah untuk menunjukkan ekspresi yang khusuk. “Fungsi integrasi menentukan kemampuan kognitif. Kapasitas kognitif membentuk karakter manusia yang berbudaya, yang merupakan ciri khas kemajuan peradaban. Tesis ini mendukung bukti kebenaran Al-Quran bahwa manusia mahluk ciptaan Allah swt yang paling sempurna,” ucapnya. BACA JUGA:SFC Optimis PSSI Lebih Maju
Dia melanjutkan sel neuron dianggap sebagai kelompok sel pasca mitotik (G0 phase) yang telah matang dan tidak lagi berkembang setelah lahir. Secara klinis, kerusakan sistem neuron sering bersifat permanen dan tidak dapat diregenerasi. Akan tetapi, kemajuan riset dan teknologi berhasil membuktikan bahwa meski dalam kadar yang terbatas, sel neuron masih dapat bertumbuhkembang sampai tua. Pertumbuhan neuron disebut neurogenesis.
BACA JUGA:PB Djarum Kucurkan Bonus Rp365 Juta
“Karena neurogenesis memiliki kapasitas terbatas, maka fokus berbagai riset lebih ditujukan ke neuroplastisitas. Neuroplastisitas adalah regenerasi neuron dalam bentuk pertumbuhan sinaptik (duri dendrit),” urainya.
Struktur pembentuk rangka neuron adalah sitoskeleton yang bersifat dinamis untuk menunjang koneksitas antar neuron. Sitoskeleton mengandung filamen yang berpolimerisasi (memanjang). Bila sinyal antar neuron menjadi intens, sitoskeleton berpolimerisasi mengubah struktur dendrit untuk memanjang dan bersinapsis dengan neuron lain.
BACA JUGA:Cegah Kenaikan Jelang Puasa
Dia menjelaskan, sistem neuron dapat bertumbuh ataupun berdegradasi. Degradasi terjadi karena hipoksia, stres ataupun zat toksik. “Tim kami mengkaji bahwa zat toksik, contohnya aluminium pada air minum berefek buruk terhadap sistem neuron dan fungsi kognitif,” sambungnya.
“Kami juga membuktikan bahwa stres imobilisasi secara bermakna akan merusak struktur sitoskeleton neuron. Riset neurogenesis mengalami kemajuan bermakna. Pionir peneliti dibidang ini adalah pemenang hadiah nobel Eric R Kandel,” tandasnya. ()   Berita ini sudah terbit di Harian Sumeks dengan judul Kejar Taraf Dunia Perbanyak Guru Besar
Tags : #universitas sriwijaya (unsri) #perbanyak guru besar #otak #multifungsi sensor #kejar taraf dunia
Kategori :

Terkait

Terpopuler

Terkini