Srikandi Nusantara: Peran Perempuan yang Terlupakan dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia
Peran Perempuan dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia-net-kolase
PAGARALAMPOS.COM - Dalam catatan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, nama-nama seperti Soekarno, Hatta, dan Sjahrir sering kali disebut sebagai tokoh utama.
Namun, di balik deru perang dan diplomasi kemerdekaan, banyak perempuan tangguh yang ikut berjuang, baik di medan tempur, ruang pendidikan, bidang kesehatan, hingga gerakan bawah tanah.
Sosok seperti Cut Nyak Dhien dan Cut Nyak Meutia dari Aceh menunjukkan bahwa perempuan bukan hanya pendukung, tetapi juga pemimpin perang yang mengangkat senjata melawan penjajah Belanda.
Dengan semangat jihad dan keberanian luar biasa, mereka memimpin pasukan, mengatur strategi, dan menjadi simbol perlawanan rakyat Aceh.
BACA JUGA:Kisah Heroik Ratu Kalinyamat: Srikandi Nusantara Penantang Penjajah!
Dari Jawa, kita mengenal R.A. Kartini yang memperjuangkan hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan. Meskipun perjuangannya tidak dilakukan di medan tempur, gagasan Kartini tentang emansipasi menjadi fondasi penting dalam membentuk generasi perempuan yang sadar akan hak dan peran mereka dalam masyarakat.
Perempuan juga aktif dalam organisasi pergerakan nasional. Tokoh seperti Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, dan Nyai Ahmad Dahlan menjadi pelopor pendidikan dan pemberdayaan perempuan di berbagai daerah.
Mereka mendirikan sekolah dan organisasi yang mendidik perempuan agar mampu berperan dalam pembangunan bangsa.
Pada masa revolusi fisik pasca proklamasi 17 Agustus 1945, banyak perempuan ikut serta sebagai anggota Palang Merah Indonesia (PMI), kurir rahasia, penyedia logistik, hingga pejuang bersenjata. Beberapa bahkan menjadi bagian dari laskar rakyat yang bertempur melawan penjajah. Mereka melintasi batas-batas gender yang selama ini membatasi ruang gerak kaum perempuan.
BACA JUGA:Srikandi Indonesia di Hulu Migas, Eva Fadlila : Membangun Ketahanan Energi untuk Negeri
Salah satu contoh inspiratif adalah Laksamana Malahayati, seorang laksamana perempuan dari Kesultanan Aceh, yang memimpin armada laut dalam pertempuran melawan Portugis dan Belanda jauh sebelum Indonesia merdeka. Keberaniannya menjadi bukti bahwa perempuan telah lama mengambil peran militer dalam sejarah Nusantara.
Sayangnya, peran perempuan dalam perjuangan kemerdekaan kerap luput dari sorotan sejarah arus utama. Mereka jarang disebut dalam buku pelajaran atau pidato resmi, meskipun kontribusinya tak kalah penting.
Kini, melalui gerakan pelurusan sejarah dan kesadaran gender yang berkembang, nama-nama pahlawan perempuan mulai diangkat kembali. Generasi muda diajak untuk mengenal dan meneladani semangat juang para Srikandi bangsa, agar nilai-nilai keberanian, keadilan, dan kesetaraan terus hidup dalam masyarakat modern Indonesia.
Perempuan bukan sekadar pelengkap dalam perjuangan bangsa. Mereka adalah fondasi kekuatan, penjaga nilai, dan agen perubahan baik dulu, sekarang, maupun di masa depan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
