Museum Negeri La Galigo: Jejak Peradaban Sulawesi Selatan dari Masa ke Masa!
Museum Negeri La Galigo: Jejak Peradaban Sulawesi Selatan dari Masa ke Masa!-net: foto-
PAGARALAMPOS.COM - Museum Negeri La Galigo merupakan salah satu museum terbesar dan tertua di Sulawesi Selatan yang menyimpan sejarah panjang peradaban masyarakat Bugis-Makassar.
Museum ini terletak di kawasan Benteng Rotterdam, Kota Makassar, dan menjadi pusat pelestarian budaya, sejarah, dan peninggalan masa lampau yang berharga.
Nama “La Galigo” diambil dari naskah epik kuno Sureq I La Galigo, karya sastra Bugis yang dikenal sebagai salah satu epos terpanjang di dunia.
Awal berdirinya museum ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah Benteng Rotterdam. Benteng ini awalnya dibangun oleh Kerajaan Gowa pada abad ke-16 dan kemudian direbut oleh Belanda pada 1667 melalui Perjanjian Bongaya.
BACA JUGA:Sejarah Berdirinya Museum Affandi di Yogyakarta dan Warisan Seni yang Ditinggalkan!
Pada masa kolonial, benteng ini digunakan sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan Belanda di wilayah timur Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka, pemerintah melihat pentingnya pelestarian sejarah dan budaya lokal, sehingga pada tahun 1970-an dilakukan pemugaran Benteng Rotterdam untuk dijadikan pusat kebudayaan dan museum.
Museum Negeri La Galigo resmi dibuka pada tahun 1977. Museum ini dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan dan difungsikan sebagai ruang edukasi sekaligus wisata sejarah.
Penyimpanan koleksi di museum ini terbagi ke dalam beberapa ruangan yang disusun berdasarkan tema, seperti arkeologi, etnografi, sejarah, numismatik, hingga filologi.
BACA JUGA:Sejarah Museum Layang-Layang Indonesia: Pelestari Budaya Tradisional di Tengah Modernisasi!
Salah satu koleksi paling berharga di museum ini adalah naskah Sureq I La Galigo yang menceritakan kisah mitologi asal-usul masyarakat Bugis, tokoh-tokoh legendaris, dan sistem sosial budaya masyarakat pada masa silam.
Selain itu, museum ini juga menyimpan berbagai benda peninggalan kerajaan-kerajaan Bugis-Makassar, seperti Kerajaan Gowa, Bone, dan Luwu.
Koleksi tersebut mencakup senjata tradisional seperti badik dan keris, pakaian adat, perhiasan, alat musik, hingga perlengkapan ritual adat.
Di bagian arkeologi, pengunjung dapat melihat temuan-temuan benda purbakala seperti pecahan keramik Tiongkok, prasasti, hingga struktur bangunan kuno.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
