Menelusuri Sejarah Tari Hadrat: Jejak Dakwah dan Tradisi Islami di Nusantara!
Menelusuri Sejarah Tari Hadrat: Jejak Dakwah dan Tradisi Islami di Nusantara!-net:foto-
PAGARALAMPOS.COM - Tari Hadrat merupakan salah satu tarian tradisional yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat pesisir Indonesia, terutama di daerah Kalimantan Selatan, Jawa Timur, serta sebagian wilayah Sumatera.
Tarian ini tidak hanya memiliki nilai seni yang tinggi, tetapi juga menjadi sarana dakwah dan penyebaran ajaran Islam.
Dalam setiap gerakannya, Tari Hadrat memadukan unsur keagamaan, budaya, dan kebersamaan yang mencerminkan harmoni antara seni dan spiritualitas.
Asal-usul dan Makna Kata “Hadrat”
BACA JUGA:Sejarah Tari Bambu Gila: Warisan Mistis dari Tanah Maluku yang Penuh Makna Spiritual!
Kata hadrat berasal dari bahasa Arab hadrah yang berarti “kehadiran” atau “berada di hadapan”.
Dalam konteks tarian ini, makna tersebut menggambarkan bentuk penghormatan dan kehadiran spiritual kepada Allah SWT serta Nabi Muhammad SAW.
Tari Hadrat biasanya dilakukan sebagai bentuk ekspresi syukur, zikir, dan pujian kepada Sang Pencipta, sekaligus menjadi simbol kehadiran spiritual dalam setiap gerak dan irama.
Awalnya, Tari Hadrat berkembang di kalangan santri dan masyarakat pesantren. Tradisi ini diyakini masuk ke Nusantara bersamaan dengan datangnya para ulama dan pedagang Arab pada abad ke-16 hingga ke-17.
BACA JUGA:Sejarah Tari Katrili: Jejak Akulturasi Budaya Eropa dan Nusantara di Nusa Tenggara Timur!
Mereka membawa seni hadrah, yaitu bentuk zikir dan pujian yang dilantunkan dengan iringan rebana.
Dari sinilah kemudian muncul bentuk pertunjukan yang dikenal sebagai Tari Hadrat, yang menggabungkan nyanyian religius dan gerak tubuh yang teratur.
Perkembangan di Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan dikenal sebagai salah satu pusat berkembangnya Tari Hadrat di Indonesia. Di daerah ini, tarian tersebut menjadi bagian penting dari kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat Banjar.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
