Afrika Selatan di Bawah Bayang Apartheid: Sistem Diskriminasi yang Membelah Bangsa
Afrika Selatan di Bawah Bayang Apartheid: Sistem Diskriminasi yang Membelah Bangsa-Foto: net -
PAGARALAMPOS.COM - Di balik keindahan lanskap Afrika Selatan, tersimpan kisah pahit tentang rezim apartheid—sebuah sistem diskriminasi rasial yang dilegalkan dan berlangsung hampir setengah abad.
Kebijakan ini menempatkan orang kulit putih di posisi tertinggi, sementara mayoritas penduduk kulit hitam harus hidup dalam keterbatasan dan penindasan.
Sistem apartheid mulai diterapkan secara resmi pada tahun 1948, saat Partai Nasional berkuasa.
Berbagai aturan diciptakan untuk memisahkan kehidupan berdasarkan ras: sekolah, transportasi umum, hingga kawasan pemukiman dipisah ketat demi mempertahankan dominasi kulit putih.
Orang kulit hitam bahkan kehilangan hak politik, akses pendidikan yang layak, serta dipaksa tinggal di wilayah terbatas bernama bantustan.
BACA JUGA:Pemberontakan yang Mengancam Eksistensi Bangsa Indonesia: Sejarah yang Hampir Hilang
Perlawanan terhadap kebijakan ini berlangsung panjang dan penuh tantangan. Tokoh-tokoh seperti Nelson Mandela, Desmond Tutu, hingga para aktivis lainnya berjuang melalui jalur damai maupun perlawanan bersenjata.
Dukungan internasional juga menguat, berupa sanksi ekonomi dan tekanan diplomatik, meskipun penderitaan rakyat kulit hitam masih terus berlanjut.
Perubahan besar baru terjadi pada awal 1990-an. Presiden F.W. de Klerk mulai menghapus undang-undang apartheid, membuka jalan bagi pemilu demokratis pada 1994.
Tahun itu, Nelson Mandela terpilih sebagai presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan—sebuah titik balik bersejarah yang melambangkan lahirnya harapan baru untuk kesetaraan.
BACA JUGA:Pulau Pandan: Surga Alam dengan Jejak Sejarah Belanda di Sumatera Barat
Walau apartheid telah berakhir secara hukum, dampaknya masih terasa hingga kini. Ketimpangan dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan masih membekas, dengan sebagian besar kekayaan tetap dikuasai kelompok minoritas.
Sejarah apartheid memberi pelajaran penting: hukum yang lepas dari nilai moral bisa menjadi alat penindasan.
Namun, keberanian, solidaritas, dan perjuangan bersama membuktikan bahwa bahkan sistem paling menindas pun dapat runtuh.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
