Memahami Sejarah Watu: Jejak Batu dalam Lintasan Budaya dan Mitos Nusantara!
Memahami Sejarah Watu: Jejak Batu dalam Lintasan Budaya dan Mitos Nusantara!-net:foto-
PAGARALAMPOS.COM - Dalam bentangan sejarah Indonesia yang panjang dan kaya, batu atau dalam bahasa Jawa disebut "watu", bukan sekadar benda mati.
Di banyak tempat di Nusantara, watu dianggap memiliki kekuatan simbolik, spiritual, bahkan magis.
Seiring berjalannya waktu, watu tidak hanya menjadi saksi bisu kehidupan masa lalu, tetapi juga pembawa pesan peradaban yang terukir dalam bentuk relief, susunan megalitik, hingga cerita rakyat yang diwariskan turun-temurun.
Watu dalam konteks kebudayaan Nusantara mencerminkan tiga hal utama: sebagai penanda sejarah, simbol spiritualitas, dan warisan kearifan lokal.
BACA JUGA:Perang Vietnam Saat Petani Mengguncang Kekuatan Superpower Dunia
Batu Sebagai Penanda Sejarah
Sejak zaman prasejarah, masyarakat Indonesia telah mengenal budaya megalitik, yaitu kebiasaan mendirikan batu-batu besar sebagai penanda tempat suci, makam leluhur, atau pusat upacara adat.
Situs megalitik seperti di Gunung Padang (Cianjur), Bori Kalimbuang (Toraja), dan Situs Batu Karang di Sumatera membuktikan betapa pentingnya peran batu dalam struktur sosial dan religius masyarakat kala itu.
Misalnya, Situs Gunung Padang yang terletak di Jawa Barat diduga merupakan salah satu struktur megalitik tertua di dunia.
Di sana, batu-batu besar disusun membentuk teras-teras punden berundak, yang kemungkinan besar digunakan untuk ritual keagamaan.
BACA JUGA:Sejarah Danau Ranau: Warisan Geologi dan Budaya di Perbatasan Sumatera Selatan dan Lampung!
Temuan ini menandakan bahwa sejak ribuan tahun silam, masyarakat telah memiliki teknologi dan pengetahuan spiritual yang tinggi.
Fungsi Sakral dan Spiritualitas
Dalam banyak kepercayaan tradisional, watu tidak hanya dilihat sebagai benda mati. Ia dipercaya menjadi wadah energi atau tempat bersemayamnya roh leluhur.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
