Pemkot PGA

Idealisme yang Terlalu Murni, Dunia yang Terlalu Kejam Kisah Soe Hok Gie

Idealisme yang Terlalu Murni, Dunia yang Terlalu Kejam Kisah Soe Hok Gie

--

PAGARALAMPOS.COM -Di balik sejarah panjang pergerakan mahasiswa Indonesia, nama Soe Hok Gie bersinar sebagai simbol keberanian, intelektualitas, dan idealisme yang tak tergoyahkan

Lahir pada 17 Desember 1942 di Jakarta, Gie bukan hanya seorang aktivis mahasiswa, tetapi juga penulis dan pemikir muda yang tajam. 

Meski usianya tak mencapai tiga dekade, jejak pemikirannya telah membekas dalam denyut sejarah bangsa. 

Kehidupan Gie adalah kisah tentang perjuangan melawan tirani, tentang suara hati yang jujur, dan akhirnya, tentang tragedi yang menghentikan langkahnya di puncak idealisme.

BACA JUGA:Bukan Hanya di Amerika Ini Sejarah Perbudakan yang Mengejutkan Dunia

Gie tumbuh di tengah gejolak politik Indonesia yang sedang mencari bentuknya pasca-kemerdekaan. 

Sebagai anak dari penulis dan sastrawan Soe Lie Piet, dunia literasi telah akrab dengannya sejak kecil. 

Ia menempuh pendidikan di Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan dikenal sebagai mahasiswa yang kritis. 

Namun, ia bukan sekadar pengamat pasif, Ia turun ke jalan, berorasi, menulis tajam di surat kabar, dan tak segan menantang kekuasaan yang dianggapnya menyimpang dari nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

BACA JUGA:Sejarah Masjid Tuo Kayu Jao: Jejak Islam di Ranah Minang yang Bertahan Berabad-abad!

Kecamannya terhadap rezim Orde Lama yang otoriter dan kemudian terhadap awal mula Orde Baru menunjukkan bahwa ia tidak mudah tergoda oleh euforia kekuasaan baru. 

Gie lebih memilih berdiri di garis yang sulit garis moral.

Melalui buku terkenalnya Catatan Seorang Demonstran, publik bisa mengintip kegelisahan Gie terhadap kondisi sosial-politik tanah air. 

Ia bukan hanya mengkritik para penguasa, tetapi juga mencerminkan pertempuran batin seorang anak muda yang berusaha hidup jujur di tengah kemunafikan. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait