Tragedi Bandung Lautan Api 1946: Strategi Bumi Hangus yang Menggetarkan Dunia demi Kemerdekaan Indonesia
Tragedi Bandung Lautan Api 1946: Strategi Bumi Hangus yang Menggetarkan Dunia demi Kemerdekaan Indonesia-Foto: net -
PAGARALAMPOS.COM - Di balik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, terdapat rangkaian peristiwa penting yang menjadi fondasi lahirnya sebuah negara merdeka.
Salah satu tahap paling menentukan adalah proses perumusan naskah proklamasi, yang kini diabadikan dalam Museum Perumusan Naskah Proklamasi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Museum ini menjadi tempat bersejarah yang merekam detik-detik menjelang pembacaan proklamasi serta proses penyusunan dokumen paling berharga bagi bangsa Indonesia.
Asal Usul Gedung dan Latar Belakang
Gedung yang kini menjadi museum awalnya tidak berkaitan dengan sejarah kemerdekaan Indonesia.
BACA JUGA:5 Rekomendasi Lampu LED Motor Paling Terang dan Tahan Lama untuk Kendaraan Anda!
Dibangun pada 1920 oleh arsitek Belanda J.F.L. Blankenberg, bangunan bergaya art deco tersebut awalnya difungsikan sebagai rumah tinggal pejabat perusahaan farmasi swasta.
Berada di lokasi strategis, bangunan ini kerap dihuni tokoh penting pada masanya.
Saat Jepang menduduki Indonesia, gedung tersebut diambil alih dan dijadikan kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda—seorang perwira Angkatan Laut Jepang yang dikenal simpatik terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Peran Maeda menjadi sangat penting karena melalui dialah para tokoh bangsa mendapat tempat aman untuk menyusun naskah proklamasi.
Peristiwa Bersejarah di Dalam Gedung
Pada malam 16 Agustus hingga dini hari 17 Agustus 1945, para tokoh nasional seperti Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan Achmad Soebardjo berkumpul di rumah Maeda. Di tempat inilah mereka merumuskan kalimat proklamasi yang akan dibacakan keesokan harinya.
BACA JUGA:Lagi Cari Lampu LED Motor Terbaik? Ini 5 Pilihan yang Paling Direkomendasikan!
Dalam suasana penuh tekanan, ketiganya menuliskan pernyataan singkat namun monumental yang menjadi simbol kelahiran bangsa Indonesia. Setelah itu, Sayuti Melik mengetik naskah final, yang kemudian ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta atas nama seluruh rakyat Indonesia.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
