Pemkot PGA

Menyusuri Sungai Kapuas: Nadi Kehidupan, Budaya, dan Warisan Sejarah Kalimantan Barat

Menyusuri Sungai Kapuas: Nadi Kehidupan, Budaya, dan Warisan Sejarah Kalimantan Barat

Menyusuri Sungai Kapuas: Nadi Kehidupan, Budaya, dan Warisan Sejarah Kalimantan Barat-Foto: net -

PAGARALAMPOS.COM - Sungai Kapuas adalah ikon alam sekaligus urat nadi kehidupan masyarakat di Kalimantan Barat.

Dengan panjang sekitar 1.143 kilometer, sungai ini menjadi yang terpanjang di Indonesia dan mengalir membelah Pulau Kalimantan dari pedalaman hingga menuju pesisir barat sebelum akhirnya bermuara di Laut Cina Selatan.

Selain menjadi jalur transportasi utama, Sungai Kapuas merekam perjalanan panjang sejarah—mulai dari kehidupan suku-suku asli, masa kejayaan kerajaan, hingga hadirnya kolonialisme.

Asal-Usul dan Kondisi Geografis

Hulu Sungai Kapuas berada di Pegunungan Müller, wilayah timur Kalimantan yang berbatasan dengan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.

Alirannya kemudian bergerak ke barat melewati sejumlah kabupaten seperti Kapuas Hulu, Sintang, Sekadau, dan Sanggau, sebelum mencapai Pontianak sebagai titik akhirnya.

BACA JUGA:Sejarah Museum Lambung Mangkurat: Penjaga Warisan Budaya Banjar dan Kalimantan Selatan!

Daerah di sekitar Kapuas dikenal memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa. Hutan hujan tropis, rawa gambut, dan danau luas seperti Danau Sentarum menjadi bagian dari ekosistem besar yang membuat sungai ini kaya akan flora dan fauna.

Bagi masyarakat lokal, sungai ini juga menjadi sumber pangan, air, dan mata pencaharian.

Peran Sungai Kapuas dalam Peradaban Masyarakat

Selama ribuan tahun, Sungai Kapuas telah menjadi pusat aktivitas manusia. Suku-suku Dayak dan Melayu memanfaatkan sungai ini sebagai sumber air, sarana transportasi, tempat mencari ikan, hingga lokasi bercocok tanam.

Di masa lampau, sungai ini juga menjadi jalur perdagangan yang penting. Para pedagang dari wilayah pesisir menyusuri sungai hingga pedalaman untuk mencari komoditas seperti rotan, damar, karet, dan berbagai hasil hutan lainnya.

BACA JUGA:Menyelami Sejarah Gunung Papandayan: Api Abadi dari Tanah Priangan!

Barang-barang tersebut kemudian dibawa ke kota pelabuhan, termasuk Pontianak, untuk diperjualbelikan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait