Sumpah Pemuda 1928: Tonggak Kebangkitan Generasi Muda dalam Membangun Persatuan Bangsa
Sumpah Pemuda 1928: Tonggak Kebangkitan Generasi Muda dalam Membangun Persatuan Bangsa-Foto: net -
Isi ikrar tersebut menegaskan tekad para pemuda untuk menyingkirkan sekat kedaerahan dan membangun rasa persatuan yang kuat sebagai bangsa Indonesia.
Fakta Menarik di Balik Kongres Pemuda II
Dilaksanakan di Tiga Lokasi Berbeda
Kongres Pemuda II tidak hanya digelar di satu tempat, tetapi berpindah-pindah. Sesi pertama berlangsung di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (Lapangan Banteng), sesi kedua di Gedung Oost Java Bioscoop, dan penutupan di Jalan Kramat Raya No. 106, yang kini dikenal sebagai Museum Sumpah Pemuda.
Lagu “Indonesia Raya” Diperkenalkan untuk Pertama Kalinya
Dalam kongres tersebut, Wage Rudolf Supratman untuk pertama kalinya memperdengarkan lagu Indonesia Raya dengan iringan biola, tanpa lirik, untuk menghindari larangan dari pemerintah kolonial. Lagu ini kemudian menjadi simbol kebangkitan nasional Indonesia.
BACA JUGA:Sejarah Museum Lambung Mangkurat: Penjaga Warisan Budaya Banjar dan Kalimantan Selatan!
Peran Perempuan dalam Kongres Pemuda
Meski mayoritas peserta adalah laki-laki, beberapa perempuan turut hadir dan aktif berkontribusi, seperti Johanna Masdani. Hal ini menunjukkan bahwa perjuangan kemerdekaan merupakan gerakan bersama tanpa memandang jenis kelamin.
Bahasa Melayu Sebagai Bahasa Persatuan
Bahasa Indonesia yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda berakar dari bahasa Melayu, bahasa yang paling mudah dipahami lintas suku di Nusantara. Keputusan ini mencerminkan kebijaksanaan para pemuda dalam memilih bahasa yang mampu mempersatukan bangsa.
Dampak dan Pengaruh Sumpah Pemuda
Sumpah Pemuda menjadi momentum penting dalam perkembangan nasionalisme Indonesia. Setelah peristiwa ini, perjuangan kemerdekaan tidak lagi bersifat lokal, melainkan tumbuh menjadi gerakan nasional yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
