Sejarah Tari Caci: Warisan Budaya Flores yang Sarat Makna Filosofis dan Tradisi!

Kostum penari Caci terdiri dari kain tenun ikat berwarna cerah, hiasan kepala dari tanduk kerbau, serta lonceng kecil yang menambah irama ketika penari bergerak.

BACA JUGA:Yuk Dengarkan Cerita di Balik Musik Kolintang yang Merdu dan Bikin Hati Tenang

Pertarungan dilakukan secara bergiliran. Salah satu peserta akan menyerang, sementara lawan bertugas menangkis.

Setelah itu, mereka bertukar peran. Meski tampak keras, ada aturan yang harus dipatuhi, misalnya serangan hanya boleh diarahkan pada tubuh bagian atas dan tidak diperkenankan menyakiti bagian vital.

Musik dan Suasana Pertunjukan

Suasana Caci semakin meriah dengan iringan gendang, gong, dan seruan vokal dari para pendukungnya. Nyanyian tradisional disebut danding dilantunkan untuk memberi semangat sekaligus menambah kekhidmatan pertunjukan.

BACA JUGA:Pesona Wisata Sejarah yang Bikin Kamera Nggak Mau Berhenti Jepret

Sorak-sorai masyarakat yang menyaksikan menjadi bagian dari atmosfer yang menggugah adrenalin.

Bagi masyarakat Manggarai, musik pengiring bukan hanya pemanis, tetapi juga sarana spiritual untuk menghubungkan manusia dengan leluhur serta alam semesta.

Perkembangan Tari Caci di Era Modern

Seiring berjalannya waktu, fungsi Tari Caci mulai bergeser. Jika dahulu lebih kental dengan unsur ritual dan pertarungan sesungguhnya, kini Caci lebih sering ditampilkan sebagai pertunjukan budaya dan atraksi wisata.

BACA JUGA:Yuk Dengarkan Cerita di Balik Musik Kolintang yang Merdu dan Bikin Hati Tenang

Pemerintah daerah NTT bahkan menjadikan Caci sebagai ikon pariwisata Flores.

Meski begitu, nilai-nilai sakralnya tidak sepenuhnya hilang. Di beberapa desa, Caci tetap dipentaskan dalam rangkaian upacara adat penting, misalnya pesta panen atau perayaan besar kampung.

Perubahan ini justru memperluas eksistensi Caci karena dikenal tidak hanya oleh masyarakat lokal, tetapi juga wisatawan mancanegara.

Sumber: