Pemkot PGA

Mengungkap Sejarah dan Filosofi Rambu Solo, Ritual Sakral dari Tanah Toraja

Mengungkap Sejarah dan Filosofi Rambu Solo, Ritual Sakral dari Tanah Toraja

Mengungkap Sejarah dan Filosofi Rambu Solo, Ritual Sakral dari Tanah Toraja-Foto: net -

Jenazah selama masa tunggu disimpan di rumah adat tongkonan dan dianggap sedang dalam keadaan “sakit” atau “tidur”.

Beberapa tahap utama dalam Rambu Solo meliputi:

Ma’kattik: Persiapan dan pengumuman resmi pelaksanaan upacara.

Ma’tudan Mebalun: Pembungkusan jenazah dengan kain dan hiasan khas adat.

Ma’popengkalo Alang: Pemindahan jenazah ke lumbung sebagai persiapan upacara.

BACA JUGA:Sejarah dan Cerita Mistis Gunung Urug: Desa yang Terkubur Waktu

BACA JUGA:Sejarah Majapahit Tak Pernah Lengkap, Ini Alasannya

Penyembelihan Hewan Kurban: Kerbau, terutama jenis Tedong Bonga (bercorak belang), dan babi dikurbankan sebagai pendamping roh menuju Puya.

Ma’pasonglo: Proses pengantaran jenazah ke liang lahat yang biasanya berupa gua batu atau tebing.

Penyemayaman: Penempatan jenazah ke dalam makam batu.

Makna Sosial dan Status

Selain nilai keagamaan, Rambu Solo juga menandai status sosial keluarga. Semakin besar dan megah upacara, semakin tinggi pula kehormatan keluarga tersebut.

Penyembelihan kerbau dalam jumlah banyak dianggap sebagai tanda kemakmuran dan mempercepat perjalanan roh ke alam baka.

BACA JUGA:Mengenal Gunung Sumantri: Simbol Kejayaan dan Warisan Sejarah di Tanah Papua

BACA JUGA:Mengungkap Kisah Mistis dan Spiritualitas Gunung Pakuwojo: Warisan Sejarah dari Tanah Jawa

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait