Pemkot PGA

Sejarah Wayang Kulit dan Wayang Golek: Warisan Budaya Nusantara yang Abadi!

Sejarah Wayang Kulit dan Wayang Golek: Warisan Budaya Nusantara yang Abadi!

Sejarah Wayang Kulit dan Wayang Golek: Warisan Budaya Nusantara yang Abadi!-net: foto-

BACA JUGA:Sungai Musi: Nadi Sejarah, Budaya, dan Kehidupan Masyarakat Sumatra Selatan dari Sriwijaya hingga Masa Kini!

Wayang Kulit tidak hanya sebatas pertunjukan hiburan, tetapi juga sarat makna filosofis. Setiap karakter memiliki simbol dan sifat tertentu yang merefleksikan kehidupan manusia.

Misalnya, tokoh Arjuna dikenal sebagai sosok bijak dan tenang, sementara Kresna melambangkan kebijaksanaan dan strategi.

Bahkan, pementasan wayang juga mencerminkan konsep dualitas hidup—antara baik dan jahat, terang dan gelap—yang semuanya berperan dalam harmoni semesta.

Kelahiran Wayang Golek

BACA JUGA:Danau Matano: Menyelami Sejarah, Budaya, dan Keunikan Alam Terdalam di Sulawesi Selatan!

Berbeda dengan Wayang Kulit, Wayang Golek adalah jenis wayang tiga dimensi yang terbuat dari kayu. Wayang ini berkembang pesat di wilayah Tatar Sunda, terutama di Jawa Barat.

Wayang Golek diperkirakan muncul pada abad ke-17 dan awalnya digunakan oleh para ulama serta budayawan untuk menyebarkan pesan moral, sosial, dan keagamaan kepada masyarakat Sunda yang mayoritas berbahasa daerah.

Wayang Golek memiliki bentuk fisik yang lebih nyata dan ekspresif dibandingkan Wayang Kulit.

Wajah, pakaian, dan gerakan tokoh-tokohnya bisa lebih mudah diinterpretasikan oleh penonton, menjadikan pertunjukan ini lebih interaktif dan komunikatif.

BACA JUGA:Menyikapi Kisah Sejarah dan Keunikan Danau Linow: Permata Alam di Tomohon!

Cerita yang dibawakan pun tidak melulu tentang Mahabharata dan Ramayana, tapi juga kisah-kisah lokal seperti Carangan dan Babad Tanah Sunda.

Peran Dalang dan Kesenian Lintas Generasi

Dalam kedua jenis wayang, peran dalang sangat penting.

Dalang bukan hanya sekadar pencerita, melainkan juga seorang maestro yang mengendalikan semua tokoh, menyuarakan dialog, memainkan musik pengiring (gamelan), hingga menyisipkan kritik sosial dan humor.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait