Menyelami Sejarah Kesultanan Sambas: Dari Pusat Perdagangan hingga Identitas Budaya

Menyelami Sejarah Kesultanan Sambas: Dari Pusat Perdagangan hingga Identitas Budaya

Kesultanan Sambas --

Tradisi lisan, tarian, dan musik rakyat berkembang pesat, menciptakan warisan budaya yang kaya.

Pengaruh Islam yang kuat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sambas terlihat dari praktik keagamaan, arsitektur masjid, serta festival-festival keagamaan yang diadakan.

BACA JUGA:Mengenal Sejarah Kerajaan Pagaruyung: Pusat Adat dan Perdagangan di Sumatra

Interaksi dengan Eropa

Pada abad ke-18, Kesultanan Sambas mulai berhadapan dengan kekuatan kolonial Eropa, khususnya Belanda.

Meskipun awalnya berusaha mempertahankan kemerdekaannya, Kesultanan Sambas akhirnya terpaksa menandatangani perjanjian dengan Belanda pada tahun 1885, yang memberikan kontrol terbatas kepada Belanda atas daerah tersebut.

Meskipun demikian, sultan tetap memegang kekuasaan simbolis dan terus melaksanakan tugas pemerintahan di wilayahnya.

Peran Kesultanan dalam Perjuangan Kemerdekaan

Selama masa penjajahan, Kesultanan Sambas memainkan peran penting dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

BACA JUGA:Kerajaan Pagaruyung: Jejak Sejarah dan Warisan Budaya Minangkabau

Banyak tokoh-tokoh dari Kesultanan Sambas yang aktif dalam gerakan nasionalis, berjuang melawan penjajahan dan mengupayakan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.

Bahkan setelah proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945, Kesultanan Sambas tetap berkontribusi dalam membangun daerah dan menjaga kearifan lokal.

Kesultanan Sambas dalam Era Modern

Di era modern, Kesultanan Sambas tidak lagi memiliki kekuasaan politik yang sama seperti sebelumnya, tetapi masih dihormati sebagai simbol budaya dan identitas masyarakat Sambas.

Keluarga kesultanan terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan budaya, melestarikan tradisi dan warisan yang telah ada selama berabad-abad.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: