Mengapa Suku Akit Dianggap Penduduk Asli Pulau Rupat? Inilah Faktanya!

PAGARALAMPOS.COM - Indonesia terkenal dengan kekayaan budayanya yang terdiri dari beragam suku yang tersebar di seluruh nusantara.

Salah satu wilayah yang memiliki keanekaragaman suku adalah Pulau Sumatra, dengan Suku Akit sebagai salah satu suku yang menarik untuk disorot.

Suku Akit mendiami Pulau Rupat di Provinsi Riau, dengan sejarah dan tradisi yang erat kaitannya dengan Suku Laut.

Berdasarkan informasi dari dinsos.riau.go.id, asal-usul mereka berasal dari Siak Sri Indrapura, sebuah wilayah yang merupakan bagian dari Kerajaan Melayu Riau.

Setelah perjalanan panjang, mereka menetap di Pulau Rupat, meskipun sempat tinggal di Pulau Tujuh akibat ketidakcocokan dengan syarat dari Datuk Empang Kelapahan.

Dalam keseharian, Suku Akit sangat bergantung pada alam. Mereka berburu, melaut, bertani, dan memproduksi kerajinan tangan seperti tikar dari daun rumbia.

Di bidang pertanian, mereka menanam padi untuk keperluan konsumsi pribadi, dan di sektor laut, mereka bekerja sebagai nelayan yang menggunakan kapal motor atau sampan.

Bahasa Akit, yang merupakan salah satu bagian penting dari budaya mereka, memiliki kemiripan dengan bahasa Melayu, meskipun seiring berjalannya waktu mengalami pengaruh dari bahasa lain.

Menurut kemdikbud.go.id, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dan komunitas setempat untuk melestarikan bahasa ini agar tidak punah.

Kehidupan sosial Suku Akit ditandai dengan semangat gotong royong yang kuat. Mereka saling membantu dalam mengelola hasil alam, seperti buah kelapa dan durian.

Dalam pembagian lahan, mereka menerapkan sistem unik di mana tanah yang bisa dibuka luas dianggap sebagai hak milik individu atau kelompok.

Namun, tantangan bagi Suku Akit adalah bagaimana menjaga bahasa dan budaya mereka di tengah arus modernisasi dan perubahan sosial.

Banyak elemen budaya yang terancam punah, sehingga pemerintah dan masyarakat setempat terus berupaya melestarikannya.

Sebagai suku asli Provinsi Riau, Suku Akit memperkaya budaya Indonesia dengan kearifan lokal yang mereka miliki. Keberadaan mereka di Pulau Rupat tidak hanya menambah keragaman budaya lokal tetapi juga menjadi bagian penting dari warisan budaya bangsa.

Sumber: