Jejak Kekayaan Sriwijaya, Harta Karunnya Tenggelam di Perairan Musi, Jadi Buruan Penyelam

Jejak Kekayaan Sriwijaya, Harta Karunnya Tenggelam di Perairan Musi, Jadi Buruan Penyelam

Foto : Ilustrasi kapal dagang Sriwijaya menguasai perdagangan.-Sreenshoot-Instagram, musem bahari Indonwsia

“Kerajaan Sriwijaya dinilai sangat mampu menguasai jalur laut karena mampu menguasainya. Mereka mempunyai kepentingan strategis yang besar bagi dunia internasional dalam melakukan perdagangan di perairan Sriwijaya. lanjutnya.

BACA JUGA:Menggali Nilai Budaya yang Tersirat dalam Lantunan Gending Sriwijaya

Barang asal Kerajaan Sriwijaya antara lain kapur barus, kayu cendana, gading, buah-buahan, kapas, dan cula badak.

“Kerajaan ini juga bisa dianggap sebagai kerajaan metropolitan jika dilihat dari masyarakat setempat,” tutupnya.

Banyak bukti kehebatan Sriwijaya. Sebab, sejarah mencatat kekuasaannya menguasai urusan kelautan nusantara.

``Sebanyak tujuh prasasti milenium yang diketahui disebut 'Sriwijaya' muncul bersama dengan dua teks terpisah yang tampak identik, meskipun namanya sendiri telah hilang.

BACA JUGA:Kisah Kanal Kuno Sriwijaya, Dirambah Permukiman Liar

"Salah satunya dari Rigor di Thailand selatan,” tulis Bronson dan Wisman dalam jurnal Scholar Space Manoa Hawaii: Palembang tahun 1975 sebagai Sriwijaya: Kota Awal Akhir di Asia Tenggara Selatan Ditulis dengan judul

“Sriwijaya yang kita baca adalah kota besar dan kaya raya yang menjadi ibu kota kerajaan besar yang berdiri sejak abad ke-7 hingga abad ke-12 atau ke-14,” tulisnya.


Foto : Penyelam di Sungai Musi--National Geographic

 Penyelam menjelajahi Sungai Musi yang dingin dan dalam. Mereka ingin mendapatkan sesuatu yang lebih berharga dari ikan yang mereka tangkap.

Beberapa nelayan dan penyelam mengaku berhasil mendapatkan sejumlah patung yang terbuat dari logam emas.

BACA JUGA:Menguak Sejarah Religius Sriwijaya: Misteri di Balik Bukit Siguntang dan Asal Usul Palembang

Banyak arkeolog yang terlibat dalam memvalidasi penemuan para penyelam.

Tentu saja Anda perlu melakukan riset terlebih dahulu. Mungkin ada kesalahan dalam penafsiran temuan arkeologis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: