Sejarah Hubungan Turki Usmani Usmani di Masa Perjuangan Indonesia

Sejarah Hubungan Turki Usmani Usmani di Masa Perjuangan Indonesia

Foto : Kekaisaran Ottonom Turki-Sejarah Hubungan Turki Usmani Usmani di Masa Perjuangan Indonesia-National geographic

PAGARALAMPOS.COM - Jejak pengaruh kekhalifahan Turki juga terlihat pada rezim militer Pangeran Diponegoro. Salah satu Brigade Laskar Diponegoro bernama "Turkiyo" dan konon berasal dari Turkiye.

Panglima tertinggi saat itu adalah Sentot Ali Basar, variasi dari gelar jenderal Turki Ali Pasha.

Sejarawan Anthony Reid melaporkan bahwa Turki Ottoman aktif di Indonesia selama pemerintahan Belanda, dan beberapa ditangkap karena mendorong penduduk lokal untuk memberontak melawan kolonialisme Belanda.

Pada abad ke-19, banyak surat dari penguasa Indonesia yang meminta bantuan Kesultanan Utsmaniyah dalam melawan Belanda. Pada akhir abad ke-19, Kesultanan Utsmaniyah juga membuka konsulat di Batavia (Jakarta).

BACA JUGA:Sejarah Hubungan Kekaisaran Ottoman dengan Kerajaan Jawa

Sultan Taha Shayfuddin dari Jambi meminta bantuan Khalifah. Sultan Taha mengirimkan permintaan tertulis kepada Sultan Turki meminta pengakuan Jambi sebagai wilayah Turki Ottoman.

Sultan Abdulhamid II mendorong upaya untuk lebih memperkuat persatuan Islam. Hal ini dikenal dengan nama Pan-Islamisme dan juga sampai ke Indonesia (Hindia Belanda).

“Upaya ini terus berlanjut. ``Pada tahun 1904, tujuh hingga delapan konsul telah diangkat ke Kekhalifahan Ottoman di Hindia Belanda,'' jelas Meilison dan rekannya.

Menanggapi gerakan Kekhalifahan Ottoman untuk persatuan Islam di Hindia Belanda, beberapa organisasi gerakan Islam mendukung gerakan tersebut.

BACA JUGA:Menjelajahi Goa Tewet, Menyimpan Sejarah Leluhur Suku di Kalimantan

Abu Bakar Aceh mengatakan, di antara organisasi tersebut adalah Jamiyat Koia yang didirikan pada 17 Juli 1905 oleh keturunan Arab.

Kontribusi gerakan Islam ini dipublikasikan di surat kabar dan majalah Istanbul, termasuk majalah Almanar.

Khalifah Abdul Hamid II pernah mengirimkan utusan khusus bernama Ahmed Amin Bey ke Indonesia atas nama Perhimpunan untuk menyelidiki keadaan umat Islam di Indonesia.

Akibatnya, pemerintah kolonial Hindia Belanda melarang orang Arab mengunjungi daerah tertentu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: