Mengungkap Jejak Prasejarah dan Misteri Situs Megalith Pagar Alam Sumatera Selatan

Situs ini diyakini sebagai bekas pemukiman dan tempat pemujaan, dan masih dianggap sakral oleh masyarakat setempat.

Tradisi meletakkan sesaji di depan arca, dolmen, dan menhir pada upacara pemakaman tokoh masyarakat menunjukkan betapa kaya ritual dan penghormatan terhadap leluhur mereka.

Perhiasan Beghibu dan Tradisi Kematian  

Dalam upacara kematian, masyarakat prasejarah Pagar Alam mengenakan perhiasan adat bernama "beghibu", berupa subang atau anting-anting bertatahkan berlian.

Perhiasan ini bukan hanya simbol penghormatan terhadap orang yang meninggal, tetapi juga lambang status sosial. Ini mencerminkan kompleksitas struktur sosial dan budaya mereka pada masa itu.

Situs Manusia Dililit Ular: Legenda dan Arca 

Di Desa Tanjung Aro terdapat situs lain yang dikenal sebagai Situs Manusia Dililit Ular. Menurut legenda lokal, sepasang kekasih dikutuk menjadi arca oleh seekor ular besar karena melanggar adat istiadat.

Arca ini menjadi simbol dari sistem nilai dan norma sosial pada masa itu, yang mencerminkan kepercayaan dan cerita tradisional yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Pentingnya Pelestarian Warisan Megalitik  

Meskipun banyak artefak megalitik yang telah rusak atau terkubur, pelestarian situs-situs ini sangat penting.

Setiap batu dan struktur di Pagar Alam adalah bukti hidup yang menceritakan tentang kehidupan, kepercayaan, dan kebudayaan masyarakat prasejarah.

Pelestarian ini bukan hanya tanggung jawab moral, tetapi juga penting dalam memahami dan menghargai warisan leluhur kita.

Warisan megalitik di Pagar Alam adalah jendela ke masa lalu yang penuh misteri dan kekayaan budaya.

Dari arca hingga tradisi pemakaman, setiap elemen tidak hanya menceritakan sejarah, tetapi juga kehidupan dan keabadian.

Bagi Indonesia, menjaga dan melestarikan warisan ini adalah tugas penting dalam membangun identitas nasional dan memastikan bahwa nilai-nilai leluhur tetap terjaga di tengah perubahan zaman.

Sumber: