Percepat Pengembangan Electromagnerik Railgun, Jepang Gandeng Jerman dan Perancis
PAGARALAMPOS.COM - Apa yang dilakukan Jepang dalam mengembangkan railgun elektromagnetik merupakan lompatan maju yang besar, bahkan dalam beberapa hal melampaui pencapaian Tiongkok dan Amerika Serikat.
Jepang menginginkan lebih dari itu, namun Negeri Bunga Sakura ingin menerapkan railgun lebih cepat.
Baca juga: Hadapi Rudal Hipersonik dari China dan Korea Utara, Jepang Alokasikan Dana Penelitian $56 Juta untuk Kembangkan Railgun Elektromagnetik.
Teknologi ini dinilai masih kompleks sehingga Jepang membutuhkan partner untuk mempercepat implementasi yang diinginkan.
BACA JUGA:Ketegangan AS-Jepang untuk Hindia Belanda, Jelang Perang Dunia II
Terutama sebagai unsur senjata pertahanan udara (hanud) dan senjata serang jarak jauh kapal perang permukaan.
Oleh karena itu, pada tanggal 30 Mei 2024, Badan Logistik Pertahanan (ATLA) yang bertanggung jawab atas pengembangan railgun Jepang.
Perancis dan pemerintah Jerman menandatangani ``Pedoman Implementasi Kerjasama Teknis Railgun''.
Saat Perancis dan Jerman fokus pada perang di Ukraina, Institut Saint-Louis (ISL) sebenarnya sedang mengembangkan railgun.
BACA JUGA:Sejarah Shinsengumi, Pasukan Khusus Melindungi Benteng Kekaisaran Jepang
ISL sedang mengembangkan prototipe railgun 25 mm yang disebut RAFIRA yang dapat menembakkan lima peluru dalam satu tembakan dan mempercepat proyektil 100 gram hingga kecepatan Mach 7,35.
Prototipe ini berfungsi sebagai model uji penelitian penggunaan railgun sebagai senjata pertahanan udara. Namun, RAFIRA
belum diuji, sedangkan ATLA Jepang telah berhasil menguji railgunnya.
Pada bulan Oktober 2023, Jepang mengembangkan railgun berukuran sedang yang mampu menembakkan peluru seberat 320 gram dengan kecepatan awal 2.230 meter per detik (Mach 6,5).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: