Film Kutukan Calonarang, Angkat Cerita Legenda Penyihir Sakti

Film Kutukan Calonarang, Angkat Cerita Legenda Penyihir Sakti

Film Kutukan Calonarang, Angkat Cerita Legenda Penyihir Sakti-net-net

PAGARALAMPOS.COM - Alas Purwo di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, merupakan kawasan yang cukup terkenal di kalangan masyarakat Jawa.

Wilayah kehutanan seluas 43.320 hektar ini sangat kental dengan cerita-cerita mistis. Konon katanya, Alas Purwo menjadi kerajaan jin terbesar dan kerap orang-orang datangi untuk mencari pesugihan.

Keangkerannya mengakar begitu kuat. Bahkan rumornya, tak sedikit orang lenyap di Alas Purwo dan tidak kembali.

Misteri sekaligus keseraman di Alas Purwo ternyata menjadi inspirasi tersendiri bagi Girry Pratama.

BACA JUGA:Menelusuri Jejak Sejarah Cirebon! Konon WIlayah Ini Didirikan Oleh Keturunan Prabu Siliwangi

Sutradara kondang itu menggarap sebuah project film bertajuk Kutukan Calonarang. Menariknya, latar tempat serta suasana yang ia pilih tepat di kawasan Alas Purwo.

Film Kutukan Calonarang menampilkan kisah yang menyeramkan. Film horor ini menceritakan tentang sekelompok orang yang terperangkap dalam kegelisahan akibat dosa masa silam.

Sajian alur menegangkan serta penuh teka-teki, membuat film ini layak penggemar nantikan.

Proses syutingnya mengambil latar tempat dan suasana mencekam di Alas Purwo. Tak heran, jika film yang akan tayang akhir Juni tersebut digadang-gadang sebagai cerita horor paling menakutkan sepanjang tahun.

BACA JUGA:Skuad Timnas Indonesia, Dinilai Menakutkan bagi Lawan-Lawannya

Mengingat tanggal tayangnya belum terkonfirmasi, bagi kalian yang sudah penasaran tak perlu cemas! Mari kita ulas sinopsis dan fakta-fakta menarik dari project film ini dalam artikel berikut.

Film ini akan menyoroti perjalanan 5 orang sahabat yang tengah gundah gulana. Salah satu penyebabnya adalah rasa bersalah akibat dosa masa silam yang mati-matian mereka lupakan.

Alih-alih hilang bersama waktu yang terus berganti, perasaan dan sesal itu justru semakin memuncak.

Hingga suatu hari, kelimanya memutuskan untuk berpindah ke sebuah desa. Harapannya untuk membuka lembaran baru sekaligus menghilangkan bayangan-bayangan masa lalu yang terus mengganggu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: