Tari Dirodo Meto: Warisan Sakral Mangkunegaran di Peringatan Ke-267

Tari Dirodo Meto: Warisan Sakral Mangkunegaran di Peringatan Ke-267

Tari Dirodo Meto-Kolase by Pagaralampos.com-net

Rama Soeprapto menjelaskan bahwa tarian ini tidak mudah untuk dipentaskan. 

"Tarian ini bukan tarian yang gampang. Karena tarian ini kami sebuah tarian yang gampang maka kami menggandeng penari yang sangat-sangat sudah profesional," ujarnya kepada media.

BACA JUGA:Sebagian Wanita Sparta Punya Dua Suami, Mengupas Kisah Sejarah Yunani Kuno!

BACA JUGA:Menyimpan Cerita Menarik! Inilah 4 Tempat Wisata Sejarah PALI yang Wajib Kamu Kunjungi

Tarian ini dikenal juga dengan nama Bedhaya Senapaten Dirada Meta atau Gajah Mengamuk, yang menggambarkan teknik peperangan Pangeran Sambernyawa dalam melawan penjajah. 

"Ini cerita tentang kiasan gajah mengamuk, sebuah teknik peperangan samber nyowo sendiri, 16 tahun berjuang nonstop melawan penjajah saat itu," tambahnya.

Saat pertunjukan dimulai, 14 penari pria berbaris memasuki Pendopo Ageng Pura Mangkunegaran dengan langkah yang tegas dan penuh makna.

Tujuh di antaranya berperan sebagai prajurit, dengan tiga membawa trisula dan empat membawa busur.

BACA JUGA:Menjelajahi Sejarah Kerajaan Sriwijaya dan Mengenal 10 Peninggalannya

Mereka mengenakan kain dodotan Jawa yang dililit di pinggang, serta blankon dan gelang emas di pergelangan tangan dan kaki. 

Para penari juga membawa keris yang dihiasi dengan roncean melati, menambah kesan sakral dan indah pada setiap gerakan mereka.

Diiringi oleh alunan gamelan dan nyanyian sinden, setiap gerakan tarian tampak gagah dan serasi dengan musik yang mengiringinya. 

Penampilan Tari Dirodo Meto ini berhasil memukau para tamu yang hadir. 

BACA JUGA:Mengenal Sejarah dan Fakta Menarik Candi Arjuna dengan Situs Bersejarah di Ketinggian 2.093

Keindahan gerakan yang kompak dan penuh makna, dipadu dengan kostum yang megah, menciptakan suasana yang mempesona.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: