Struktur Lampik Empat Mardike Duwe, Fondasi Awal Pemerintahan Tradisional Besemah

Struktur Lampik Empat Mardike Duwe, Fondasi Awal Pemerintahan Tradisional Besemah

Lampik Empat Mardike Duwe, Fondasi Awal Pemerintahan Tradisional Besemah -Kolase by Pagaralampos.com-net

PAGARALAMPOS.COM – Tradisi Pemerintahan Lampik Empat Mardike Duwe adalah sebuah warisan kuno yang membentuk landasan kuat dalam sejarah Besemah, sebuah wilayah yang kaya akan budaya di Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. 

Lampik Empat Mardike Duwe menjadi fondasi utama dalam sistem pemerintahan tradisional yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. 

Menelusuri akar sejarahnya mengungkapkan lebih dari sekadar tradisi politik; itu adalah cerminan dari nilai-nilai keadilan, kebijaksanaan, dan kebersamaan yang telah merajut masyarakat Besemah selama berabad-abad.

Dalam tradisi ini, keempat "lampik" atau kepala desa memegang peranan sentral dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah masyarakat.

BACA JUGA:Kota Pagar Alam, Jejak Sejarah dan Identitas Besemah 'Ranah Sindang Merdika'

Sejarah perkembangan pemerintahan tradisional di Besemah merupakan bagian integral dari warisan budaya yang kaya di wilayah tersebut. 

Sistem pemerintahan ini tidak hanya mencerminkan struktur politik, tetapi juga hubungan yang kompleks antara ekologi, sosial, dan budaya. 

Untuk memahami secara menyeluruh, perlu untuk melihat lebih dekat struktur, dinamika, dan peran pemerintahan tradisional Besemah 

Dalam konteks sejarah Kesultanan Palembang dan perubahan yang terjadi dengan masuknya era kolonial.

BACA JUGA:Batu Ajaib dari Langit? Mengupas Kisah Penemuan Meteorit Maryborough yang Menggemparkan!

1. Konteks Ekologi dan Sosio-Ekonomi

Besemah memiliki karakteristik lingkungan fisik yang memengaruhi pola sosio-ekonomi dan politiknya. 

Perbedaan antara pola aliran dan uluan, yang mengacu pada dataran rendah dan tinggi, juga membedakan aspek-aspek sosial dan politik di wilayah tersebut. 

Kesultanan Palembang membagi wilayahnya menjadi Kepungutan (dataran rendah) dan Sindang (dataran tinggi), dengan implikasi kekuasaan dan tugas yang berbeda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: