Bukti Penyebaran Agama Islam di Tanah Jawa, Inilah Sejarah Masjid Sunan Kalijaga di Gunungkidul
Bukti Penyebaran Agama Islam di Tanah Jawa, Inilah Sejarah Masjid Sunan Kalijaga di Gunungkidul-Foto: net-
Hilangnya kubah Tajuk berbahan tanah liat tersebut diakibatkan oleh perbuatan orang-orang Belanda.Kubah hilang tanpa diketahui keberadaannya usai Tajuk dibakar oleh penjajah.
Konon, ketika Belanda hendak menghakimi orang yang dianggap bersalah, setiap kali bersembunyi di dalam Tajuk selalu selamat. Melalui mata-mata Belanda, barulah diketahui bahwa tempat persembunyiannya berada di dalam Tajuk.
BACA JUGA:Sejarahnya Mirip Tembok Besar Riongkok, Begin Muasal Tembok Hadrian Peninggalan Romawi
BACA JUGA:Perjalanan Spiritual Sunan Drajat, Keajaiban dan Peninggalan Bersejarah di Lamongan
"Sehingga agar Tajuk tidak digunakan oleh warga untuk bersembunyi maka dibakarlah Tajuk tersebut," ujarnya. Saat hendak dibangun kembali, warga masyarakat tak lagi memiliki Kubah sebagai penutup atap.
Warga kemudian berinisiatif membelinya di wilayah Klaten. Marjiyo melanjutkan kisah, berangkatlah tiga tokoh warga hendak membeli Kubah baru.
Di tengah perjalanan tiga warga bertemu seseorang yang membawa Kubah. "Setelah niat membeli Kubah disampaikan, seseorang tersebut menawarkan Kubah yang dibawanya,” sambung Marjiyo.
Terjadilah kesepakatan jual beli kubah tersebut. Namun, saat ketiga orang menunduk hendak mengambil uang yang diselipkan di balik baju, orang misterius si penjual Kubah menghilang.
BACA JUGA:Mengenal Sejarah dan Fakta Menarik Mengenai Wayang Kulit
BACA JUGA:10 Dinasti Cina yang Membentuk Peradaban dan Kebudayaan Dunia Paling Bersejarah
Ketiganya lantas menduga bahwa orang tersebut Sunan Kalijaga. Kubah tersebut juga diyakini merupakan kubah yang lenyap saat Tajuk dibakar oleh Belanda. Kubah itu tetap terpasang hingga saat ini. Kubah Masjid Sunan Kalijaga masih awet hingga saat ini.
Kubah Kuno ini diyakini merupakan kubah yang dipasang sejak bangunan pertama kali didirikan. Seiring waktu berjalan, bagunan Tajuk diperbesar.
Seingat Marjiyo pernah dipugar sedikitnya tiga kali. Dua kali pemugaran yang dia ingat terjadi pada 1982 dan 1998. Saat ini masjid berukuran 9 x 16 meter persegi.Terdiri dari satu bangunan utama masjid dan serambi.
Dahulu masyarakat di desa setempat menjadikannya pusat ibadah terbesar. Bahkan sebagian masyarakat dari luar desa juga ikut beribadah di masjid ini.
Karena bangunan Masjid semakin bertambah banyak sehingga saat ini masjid Sunan Kalijaga sebatas digunakan oleh warga di Padukuhan Blimbing saja.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: