Mengerikan Peradaban Kuno di Peru, Kurbankan Anak-anak Demi Akhiri El Nino

Mengerikan Peradaban Kuno di Peru, Kurbankan Anak-anak Demi Akhiri El Nino

Foto : Peradaban kuno di Peru.-Mengerikan Peradaban Kuno di Peru, Kurbankan Anak-anak Demi Akhiri El Nino-National geographic

PAGARALAMPOS.COM - Siklus iklim El Nino tersebar di seluruh wilayah Pasifik setiap lebih dari lima tahun sekali. Jika di Indonesia El Nino membawa musim kemarau panjang, lain halnya di pesisir barat Amerika Selatan yang akan mengalami hujan terus menerus.

Siklus ini sudah berlangsung sejak lama. Pelbagai peradaban terdahulu di sekitar Pasifik tentu pernah merasakannya.

Pada abad ke-15, masyarakat Chimu di Peru menganggap El Nino sebagai petaka kehancuran. Masyarakat Chimu percaya, El Nino adalah pertanda para dewa menuntut pengurbanan manusia, seperti halnya peradaban Amerika pra-Colombus lainnya.

Pengurbanan ini nantinya meruntuhkan peradaban mereka, sampai akhirnya dikuasai Kekaisaran Inca dari Cile pada 1470.

BACA JUGA:Menguak Misteri Sosok Cleopatra Sebenarnya, Ratu Ikonik di Sejarah Mesir Kuno

Bukti ini terungkap ketika arkeolog dan penjelajah National Geographic Gabriel Prieto menemukan pengorbanan anak massal pada 2011.

Situs tersebut berlokasi di sekitar Chan Chan, kota kuno yang berbahan dasar batu lumpur besar di Peru Utara dan diyakini sebagai pusat peradaban Chimu.

Dalam penggaliannya, Prieto dan tim menemukan lebih dari 250 kurban muda bertanggal antara 1400 dan 1450. Kematian mereka dramatis.

Sebagian disayat cepat di bagian dada dan dikuburkan dalam kain kafan sederhana. Mereka dikubur bersama lama (Lama glama) yang masih bayi.

BACA JUGA:Sejarah Emas Pulau Sumatra, Anugerah Jadi Petaka

Analisis hubungan pengurbanan dan El Nino disingkap Prieto dalam makalah tahun 2014 bertajuk "Sacrificios de niños, adolescentes y camélidos jóvenes durante el Intermedio Tardío en la periferia de Chan Chan, valle de Moche, costa norte del Perú". Makalah itu diterbitkan di jurnal Arqueología y Sociedad.

Hal yang menguatkan dugaan hubungan El Nino karena lokasi pengurbanan massal ini berada di pantai Peru.

Situs arkeologinya yang menutupi kuburan massal ini terdiri dari lapisan tebal lumpur kering kuno. Lumpur seperti ini menunjukkan adanya hujan deras di pedalaman, namun lebih kering di pesisir utara Peru.

"Hujan seperti itu biasanya hanya terjadi bersamaan dengan El Nino," terang Prieto di National Geographic.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: