Bahasa Indonesia dan Mitos "Kemiskinan" Kosakata, Ini Penjelasan Prof E Aminudin Aziz!

 Bahasa Indonesia dan Mitos

Bahasa Indonesia dan Mitos "Kemiskinan" Kosakata, Ini Penjelasan Prof E Aminudin Aziz!--

BACA JUGA:Menteri Perhubungan Minta Maaf Atas Kekosongan Tiket Penyeberangan Merak-Bakauheni

"Bahasa Indonesia baru berkembang dan dinamakan sebagai bahasa Indonesia pada 28 Oktober 1928. Belum satu abad kan ya?" ucapnya.

Meskipun demikian, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring saat ini sudah mencatat 120.549 kosakata, dan angka ini terus bertambah.

"Kami sedang berproses dalam penambahan kosakata di KBBI untuk mencapai 200.000 entri," tambah Aminudin.

Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia terus berkembang dan berevolusi sesuai dengan kebutuhan zaman, jauh lebih cepat daripada perkembangan bahasa induknya, yaitu bahasa Melayu.

BACA JUGA:Keterlambatan Pembayaran Gaji dan THR di PT Dirgantara Indonesia, Penjelasan dari Wakil Menteri BUMN

Dengan demikian, klaim mengenai "kemiskinan" kosakata dalam bahasa Indonesia sebenarnya merupakan pandangan yang sempit dan tidak mempertimbangkan kompleksitas serta dinamika bahasa itu sendiri.

Bahasa Indonesia, sebagai cerminan budaya dan identitas bangsa, memiliki kekayaan kosakata yang mencerminkan sejarah, tradisi, dan perkembangan masyarakat Indonesia yang beragam.

Sebagai penutur bahasa Indonesia, penting bagi kita untuk menghargai dan memahami keunikan serta kekayaan bahasa kita sendiri.

Sebuah kosakata yang mungkin dianggap "miskin" oleh beberapa orang bisa jadi mengandung makna dan nuansa yang kompleks, hanya saja belum tercatat dalam kamus.

BACA JUGA:Satgas Pamtas Yonif RI-PNG Ajak Terapkan PHBS, Personel Lanud H Hanandjudiddin Berbagi Takjil

Oleh karena itu, mari kita jadikan diskusi ini sebagai momentum untuk lebih mencintai dan memahami bahasa Indonesia, serta terus berkontribusi dalam memperkaya kosakata dan mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. *

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: