1,89 Juta Ton Padi di RI Terancam Kehilangan, BMKG Beri Penjelasan dan Peringatkan Ini!

1,89 Juta Ton Padi di RI Terancam Kehilangan, BMKG Beri Penjelasan dan Peringatkan Ini!

1,89 Juta Ton Padi di RI Terancam Kehilangan, BMKG Beri Penjelasan dan Peringatkan Ini!--

BACA JUGA:Gulung Tikar! Nama dan Profile Bank Bangkrut Sepanjang 2023. Ini Daftarnya

Dalam konteks mitigasi, BMKG menekankan lima sektor fokus untuk penurunan emisi gas rumah kaca, yaitu kehutanan, pertanian, energi, industri, dan limbah.

Sementara itu, ada delapan sektor fokus adaptasi yang mencakup ketahanan pangan, ketahanan ekosistem, ketahanan air, kemandirian energi, kesehatan, pemukiman perkotaan dan pedesaan, pesisir dan pulau kecil, serta peningkatan kapasitas pemangku kepentingan dan masyarakat.

Salah satu aspek yang menjadi perhatian serius adalah ketahanan air.

Dwikorita menegaskan bahwa melemahnya ketahanan air dapat mempengaruhi ketahanan pangan dan energi Indonesia, yang pada akhirnya dapat memicu konflik dan mengganggu stabilitas ekonomi, politik, dan keamanan.

BACA JUGA:Salahi Aturan. 260 Ribu Kendaraan Tegas Diblokir Pertamina! Ini Penyebabnya.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Bappenas, perubahan iklim berpotensi menurunkan produksi padi Indonesia sebesar 1,13 juta ton hingga 1,89 juta ton.

Selain itu, 2.256 hektare sawah juga terancam mengalami kekeringan.

Tidak hanya itu, kondisi ketahanan pangan Indonesia juga menunjukkan peningkatan prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan.

Data menunjukkan bahwa Prevalence of Undernourishment (PoU) pada tahun 2022 meningkat menjadi 10,21% dari 8,49% pada tahun 2021.

BACA JUGA:Rilis! ASUS Vivobook Go 14 E1404 Laptop dengan Desain Ringan dan Ringkas Pas Untuk Pelajar

BMKG berharap bahwa isu dampak perubahan iklim ini semakin menjadi perhatian serius bagi seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan.

Ardhasena Sopaheluwakan, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, menekankan pentingnya transformasi pengendalian dampak perubahan iklim dan terus membangun kesadaran publik.

BMKG juga terus mengembangkan sistem peringatan dini multibahaya yang efektif untuk meminimalisir dan mengantisipasi ancaman bencana yang dapat timbul akibat perubahan iklim.

Dengan potensi krisis pangan global dan bencana kelaparan yang diperkirakan oleh The Food and Agriculture Organization (FAO) atau Badan Pangan dan Pertanian Dunia dapat terjadi pada tahun 2050, tindakan proaktif dan kolaboratif dari semua pihak menjadi kunci untuk menjaga keberlangsungan kehidupan manusia di masa depan. *

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: