Inilah yang Dilakukan Sultan Agung Agar Palembang Tidak Berpihak kepada Kompeni
Inilah yang Dilakukan Sultan Agung Agar Palembang Tidak Berpihak kepada Kompeni -Foto: net-
BACA JUGA:Desa Bejijong, Tempat Bersejarah yang Membawa Kembali Kehidupan dan Kebesaran Majapahit
Belum cukup dengan kehadiran dua kapal perang dan dua kapal kecil dari Mataram. Kedatangan kapal-kapal dari Jambi tak menghilangkan perasaan waswas Palembang, sebab orang-orang Jambi juga takut kepada armada Mataram.
Salah satu putri Raja Palembang telah dinikahi Pangeran Adipati Anom dari Jambi. Ketika Raja Palembang meninggal dunia pada 1636 itu, Pangeran Adipati Anom dari Jambi ini menuntut tahta.
Alsannya, karena istrinya menurut aturan adat tak bisa menjadi raja. Tentu saja keinginannya ditolak.
Orang-orang Palembang tak setuju jika mereka dipimpin oleh raja dari Jambi. Mereka menginginkan raja yang berasal dari Palembang juga.
BACA JUGA:Adakadabra! Inilah 4 Kitab Sihir Paling Tua Dalam Sejarah Dunia yang Pernah Ditemukan
BACA JUGA:Kekayaan Budaya Pulau Yap, Sejarah dan Makna Batu Rai sebagai Mata Uang Tradisional
Mereka juga khawatir, jika Palembang dipimpin oleh raja dari Jambi akan membuat Sultan Agung marah. Sultan Agung tentu masih menginginkan raja baru Palembang tetap tunduk kepadanya.
Memang Sultan Agung kemudian mengakui Raja Palembang yang berasal dari negeri Palembang. Hubungan Palembang-Mataram lewat raja baru ini menjadi lebih erat.
Bujukan Kompeni kepada raja baru tak berhasil. Ketika pada 1639 Kompeni menghadiahkan kuda Persia dan gajah kepada Raja Palembang, Raja Palembang langsung memberikannya kepada Sultan Agung.
Ia melakukan hal itu tentu karena desakan dari Mataram. Raja Palembang pun meminta dikirim kapal dari Mataram untuk mengangkut kuda dan gajah itu.
BACA JUGA:Adakadabra! Inilah 4 Kitab Sihir Paling Tua Dalam Sejarah Dunia yang Pernah Ditemukan
Ini tentu saja dilihat oleh Kompeni sebagai sebuah keberanian. Karena itu rencana Palembang meminta Kompeni membangun loji di Palembang pun kemudian batal.
"Sampai akhir pemerintahan Sultan Agung, penggembosan pengaruh Mataram di Palembang hamoir tidak terasa, meski kekuasaan Kompeni di lat lebih besar," tulis Dr HJ de Graaf.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: