Tidak Berpuasa di Bulan Ramadhan, Inilah Alasan Sultan Agung Raja Mataram

Tidak Berpuasa di Bulan Ramadhan, Inilah Alasan Sultan Agung Raja Mataram

Tidak Berpuasa di Bulan Ramadhan, Inilah Alasan Sultan Agung Raja Mataram-Foto: ist-

“Duh. Bagaimana ini, Gusti?” kata Kiai Penghulu.

Ia pun segera menyatakan bahwa ia mengajarkannya di keraton pun atas perintah Sultan Agung. Ia semula hanyalah petani biasa di Kramatwatu, Panarukan.

Sultan Agung bertemu dengannya saat Sultan Agung hendak berangkat shalat Jumat ke Makkah. Kepada Sultan Agung ia yang saat itu sedang mengerjakan kebun menitip pesan kepada Sultan Agung untuk Imam Syafii di Makkah.

Ketika bertemu Imam Syafii, Sultan Agung tahu jika petani yang menitip pesan itu justru lima kali sehari shalat di Makkah. Imam Syafii pun menyarankan agar Sultan Agung mengangkatnya sebagai penghulu keraton.

BACA JUGA:Kolektor Merapat! Lelang Nissan Silvia S15. Ini Penampakan dan Harganya

Sultan Agung memintanya untuk mengajarkan Islam di lingkungan keraton, termasuk hal ihwal puasa Ramadhan. Kiai Penghulu pun menyatakan kekhawatirannya, jika rakyat mengetahui rajanya tidak berpuasa, tentu mereka akan ikut tidak berpuasa juga.

Sultan Agung pun meminta agar Kiai Penghulu tidak salah pengertian. Sultan Agung menjelaskan, sebagai kalifatullah panatagama dirinya memang memiliki kedudukan yang berbeda dengan rakyat kebanyakan.

Kiai penghulu mengakui kebenaran pernyataan Sultan Agung itu. Namun ia mengingatkan bahwa jasadnya sama dengan jasad rakyat kebanyakan. Rakyat memiliki syahwat, raja juga memiliki syahwat.

Raja memiliki hasrat untuk makan, tidur, bangun, rakyat juga memilikinya. Lupa, kaget, tertawa, sakit, meninggal, yang dipunyai rakyat kebanyakn, juga dipunyai oleh raja Mataram.

BACA JUGA:Gunung Penanggungan. Mengulik Tempat Suci Peninggalan Majapahit Abad 15

Menjadi kalifatullah itu , kata Kiai Penghulu, hanyalah menjadi wakil Allah di muka bumi, yang menjadi penguasa keadilan seluruh jagad. Karena itu, Kiai Penghulu menyarankan, sebaiknya Sultan Agung tetap berpuasa di bulan Ramadhan karena rakyat kebanyakan juga berpuasa.

Penjelasan Kiai penghulu yang panjang lebar itu membuat Sultan Agung tertawa. Ia pun kemudian bertanya kepada Kiai Penghulu, “Puasanya rakyat kebanyakan itu seperti apa?”

Maka, Kiai Penghulu pun menjelaskan tata cara berpuasa Ramadhan yang telah ia ajarkan. Selama bulan Ramadhan, rakyat kebanyakan akan bangun pukul tiga pagi untuk makan sahur.

Setelah itu, mereka tidak makan dan minum sepanjang hari hingga tiba waktu Maghrib ketika kelelawar keluar dari sarangnya. “Ketika kelelawar sudah beterbangan di sore hari, itulah waktunya berbuka,” kata Kiai Penghulu.

Sultan Agung pun bertanya cukup begitukah yang disebut berpuasa? Begitulah syariat berpuasa di bulan Ramadhan, kata Kiai Penghulu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: