Bukti Kejayaan Sriwijaya, Tinggalkan 10 Prasasti dan Candi, Dijelaskan Palembang Ibukota Kerajaannya

Bukti Kejayaan Sriwijaya, Tinggalkan 10 Prasasti dan Candi, Dijelaskan Palembang Ibukota Kerajaannya

Pada abad ke 13 M, Kerajaan Singasari dari Jawa mampu mengalahkan kerajaan Malayu yang sebelumnya berada di bawah kekuasaanya Sriwijaya melalui ekspedisi Pamalayu. 

Disisi lain Sriwijaya semakin lama semakin lemah dikarenakan persaingan dengan kerajaan – kerajaan dari Jawa. 

Hingga lemahnya Sriwijaya dimanfaatkan oleh Kerajaan Sukhodaya dari Thailand dengan merebut wilayah Semenanjung Malaysia dan Selat Malaka. 

BACA JUGA:Mengulik Sejarah 2 Cerita Rakyat Kerajaan Sriwijaya yang Penuh Misteri

Pada akhir abad ke 14 M, Sriwijaya benar – benar runtuh atas serangan Majapahit.

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

1. Prasasti Kota Kapur 

Prasasti Kota Kapur berbentuk tugu segi enam tidak beraturan yang mengecil ke bagiaan atas, terbuat dari batu andesit dengan ukuran tinggi 177 cm, lebar bagian atas 19 cm, dan 32 cm di bagian bawah.

Tulisan pada permukaan prasasti terdiri dari 10 baris yang ditulis secara vertikal dalam aksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno. Jika prasasti diposisikan berdiri maka pembacaan dimulai dari atas ke bawah sedangkan bila dalam posisi tidur tulisan dibaca dari kiri ke kanan.

Pada baris terakhir tercantum keterangan mengenai tarikh pembuatan prasasti yang menunjukkan angka tahun 608 Saka atau 28 April 686 Masehi.

BACA JUGA:Inilah 3 Hal Unik Candi Gedong Songo, Peninggalan Bersejarah Dari Kerajaan Mataram!

Prasasti Kota Kapur dilaporkan penemuannya oleh J.K. van der Meulen pada bulan Desember 1892 di dekat sungai Menduk Kota Kapur, Pangkal Mundo, pantai barat Pulau Bangka, Desa Penangan, Kecamatan Mendo Darat, Kabupaten Bangka, Bangka Belitung.

Prasasti ini merupakan prasasti kerajaan Sriwijaya yang pertama kali ditemukan. Berdasarkan prasasti inilah pengetahuan sejarah Sriwijaya bermula setelah para ahli melakukan penelitian terhadap isi tulisannya.

Peneliti pertama yang menganalisis prasasti ini adalah Hendrik Kern, seorang ahli epigrafi berkebangsaan Belanda. Dalam artikelnya “De Inscriptie van Kota Kapur” (1913)

Kern masih menganggap bahwa Sriwijaya yang tercantum dalam prasasti tersebut adalah nama seorang raja karena Sri biasanya digunakan sebagai sebutan atau gelar raja diikuti nama raja yang bersangkutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: