Unik Sekaligus Mengerikan! Tradisi Kanibalisme Suku Fore yang Mengundang Kontroversi
Unik Sekaligus Mengerikan! Tradisi Kanibalisme Suku Fore yang Mengundang Kontroversi--Net
Penyakit ini memiliki masa inkubasi yang panjang, yaitu antara 5 hingga 20 tahun, sehingga gejala baru muncul setelah waktu yang cukup lama.
BACA JUGA:Keren! 7 Pantai di Lampung yang Punya Keindahan Memukau, Cocok Untuk Liburan Bersama Keluarga
Gejalanya mirip dengan penyakit Creutzfeldt-Jakob (CJD) pada manusia dan penyakit sapi gila (BSE) pada hewan.
Pada tahun 1957, seorang dokter Australia bernama Vincent Zigas menjadi yang pertama kali menemukan adanya penyakit kuru pada suku Fore.
Ia bekerja sama dengan antropolog Amerika, Shirley Lindenbaum, untuk mempelajari suku ini dan tradisi kanibalisme yang mereka praktikkan.
Mereka menemukan bahwa penyakit kuru lebih banyak menyerang perempuan dan anak-anak daripada laki-laki.
BACA JUGA:Menikmati Keindahan Pulau Belitung, 7 Tempat Wisata yang Wajib Dikunjungi!
BACA JUGA:Ada Cita Rasa Lezat dan Unik dari Makanan Khas Maluku yang Wajib Kamu Coba
Hal ini karena perempuan dan anak-anak sering mendapatkan bagian otak, hati, dan ginjal dari mayat yang dimakan, sedangkan laki-laki cenderung memakan bagian otot.
Pada tahun 1961, ahli biokimia Amerika, Carleton Gajdusek, berhasil mengisolasi prion penyebab kuru dari otak penderita.
Ia juga berhasil menularkan penyakit kuru ke monyet melalui eksperimen dengan menyuntikkan ekstrak otak penderita ke otak monyet.
Atas penemuan dan eksperimennya, Gajdusek dianugerahi Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1976.
BACA JUGA: Pemula Wajib Tau, Ini Panduan Praktis Sebelum Membeli Motor Baru, Cek Selengkapnya Disini
BACA JUGA:Record of Youth, Sisi Gelap Dunia Hiburan, ini Dramanya!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: