Sejarah Kuno Kerajaan Indonesia, Pendekar Sabdo Palon Mengutuk Tanah Jawa?

Sejarah Kuno Kerajaan Indonesia, Pendekar Sabdo Palon Mengutuk Tanah Jawa?

Sejarah Kuno Kerajaan Indonesia, Pendekar Sabdo Palon Mengutuk Tanah Jawa?-tangkapan layar-rbtv

Tanah Jawa ini akan terasa lebih panas dan kurang hujan, berkurang hasil pertanian, banyak manusia yang suka berbohong, suka berbuat nista dan mudah berucap janji. 

Diikuti dengan Malapetaka yang datang terus-menerus itu adalah hukuman bagi manusia Jawa yang berani pindah keyakinan dan akan berakhir jika kembali memeluk Budha.

"Jika hamba tidur, hamba mampu tidur selama 200 tahun. Selama saya tidur, di Jawa akan banyak terjadi perang antar-saudara. Yang kuat akan memangsa sesamanya, menghancurkan sesama bangsanya sendiri," Ucap Sabo Palon. 

Palon Juga mengatakan jika dirinya adalah seorang Semar. Menurut kepercayaan Jawa, Semar merupakan utusan gaib Gusti Kang Murbeng Dumadi atau Tuhan Yang Maha Kuasa. 

BACA JUGA:Candi Tertinggi Diatas Gunung! Ini Penemuan Peninggalan Majapahit Yang Menakjubkan Di Jawa Timur

Ia mengatakan Tugasnya Yaitu menjaga manusia untuk menjalankan perintah-Nya dari Gusti Kang Murbeng Dumadi.

"Apakah paduka lupa akan arti nama hamba, Sabda Palon? Sabda artinya ucapan, Palon artinya ketetapan. Naya artinya wajah, Genggong artinya langgeng tak berubah. Jadi ucapan hamba ini adalah ketetapan," tambahnya.

Sabda Palon mengaku malu kepada bumi dan langit karena tidak bisa menjaga Prabu Brawijaya. Sebelum berpisah untuk selamanya, Sabda Palon mengucapkan bahwa bangsa Jawa akan bangkit setelah 500 tahun dengan agamanya yang lamanya.

Suatu saat nanti tanah Jawa akan kembali makmur dan tenteram seperti di awal. Namun, jika ada manusia Jawa yang menolaknya, maka akan dihancurkan menjadi makanan setan. 


--

BACA JUGA:Tanah Jawa Dikutuk! Inilah Kisah Sabdo Palon Nagih Janji Karena Menolak Keputusan Raja Majapahit

Adapun Tanda-tanda terjadinya ramalan itu adalah Gunung Merapi meletus dan laharnya mengalir ke Barat Daya, serta berbau tidak sedap.

"Kelak Merapi akan bergelegar. Itu sudah menjadi takdir Hyang Widi bahwa segalanya harus bergantian," ujarnya. 

Dia juga mengatakan, ada waktu yang paling sengsara di Tanah Jawa, yaitu terjadi pada tahun Lawon Sapta Ngesthi Aji. 

Ibarat orang yang menyeberang sungai sudah di tengah-tengah, tiba-tiba sungainya langsung banjir besar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: