Indonesia Kaya, Inilah 7 Suku Asli Dengan Jumlah Penduduk Yang Terus Bekurang, Cek Kong

Indonesia Kaya, Inilah 7 Suku Asli Dengan Jumlah Penduduk Yang Terus Bekurang, Cek Kong

Suku papua-Net-

PAGARALAMPOS.COM - "Suku" merujuk pada kelompok sosial, etnis, atau budaya yang terdiri dari individu yang memiliki karakteristik, tradisi, bahasa, dan sejarah bersama.
 
Anggota suku sering kali berbagi ikatan budaya, agama, dan nilai-nilai tertentu.
 
Suku bisa menjadi bagian dari masyarakat yang lebih besar, dan masyarakat tersebut bisa terdiri dari beberapa suku yang berbeda.

Suku-suku dapat ditemui di berbagai belahan dunia, dan mereka memiliki ciri-ciri budaya yang unik, seperti bahasa, pakaian, makanan, dan upacara adat.
 
 
Suku-suku ini bisa menjadi komunitas yang kuat dan memainkan peran penting dalam mempertahankan warisan budaya mereka.
 
Di banyak negara, perlindungan hak suku-suku diatur oleh hukum dan peraturan yang berlaku untuk mendukung keberlanjutan budaya dan kesejahteraan anggota suku.

Sebagai contoh, di Indonesia, terdapat berbagai suku bangsa seperti Jawa, Sunda, Batak, dan banyak lainnya.
 
Masing-masing suku ini memiliki bahasa, adat istiadat, dan budaya yang berbeda. Suku-suku ini membentuk keragaman budaya Indonesia yang kaya.
 
 
Kemajuan peradaban masyarakat di era digital saat ini, ternyata tidak semua suku bangsa bisa mengimbanginya, bahkan menolak pengaruh globalisasi.

Dampaknya suku-suku ini sulit berkembang, karena masih terus mempertahankan kehidupan tradisionalnya.
 
Bahkan masih ada yang dilabel primitif. Jumlahnya terus berkurang karena hingga ada yang sudah hilang sama sekali.

Seperti suku mante di pedalaman aceh, sekarang sudah tidak ditemukan lagi keberadaannya, walau beberapa waktu lalu sempat hoboh, karena ada satu orang diduga dari suku mante terekam kamera.

BACA JUGA:Keren Banget, Inilah 3 Merk Ban Motor Terkenal Paling Awet dan Tahan Lama

Juga Suku Wajak, ini mendiami wilayah yang ada di Kota Tulungagung yang ada di Jawa Timur.
 
Saat ini keberadaan suku tersebut sudah tidak ditemukan, kemungkinan sudah berbaur dengan penduduk lainnya.

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut 7 suku terancam punah di Indonesia:

BACA JUGA:Mengungkap Keajaiban Kota Saranjana, Kisah dari Pulau Halimun dan Misteri Kota Gaib
 
1. Suku Togutil

Suku yang satu ini dikenal akan kemampuan bertahan hidup yang sangat kuat.
 
Mendiami kawasan hutan Totodoku, Tukur-Tukur, Lolobata, Kobekulo dan Buli di Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara, Suku Togutil masuk ke dalam suku terasing. 

Kehidupan Orang Togutil sesungguhnya amat bersahaja. Mereka hidup dari memukul sagu, berburu babi dan rusa, mencari ikan di sungai-sungai, di samping berkebun.
 
Mereka juga mengumpulkan telur megapoda, damar, dan tanduk rusa untuk dijual kepada orang-orang di pesisir. 
 
Kebun-kebun mereka ditanami dengan pisang, ketela, ubi jalar, pepaya dan tebu.

BACA JUGA:Inovasi Gaya Rambut Wanita, 7 Potongan yang Mendominasi Trend 2023
 
Namun karena mereka suka berpindah-pindah, dapat diduga kalau kebun-kebun itu tidak lagi diolah secara intesif. 

Dengan begitu, sebagaimana lazimnya di daerah-daerah yang memiliki suku primitif, hutan di daerah ini tidak memperlihatkan adanya gangguan yang berarti.

Sama seperti beberapa suku lainnya, suku yang satu ini menghadap ancaman kepunahan.
 
Karena seiring waktu pembukaan lahan dan hutan untuk kepentingan perusahaan kayu, tambang, dan aktifitas masyarakat pesisir yang merambah ke wilayah mereka, membuat kelompok ini makin terjepit dan tersingkir dari ruang hidup mereka.
 
 
2. Suku Anak Dalam

Selanjutnya. kebaradaan orang rimba di jambi terancam punah akibat hutan yang digunakan untuk tempat tinggal malah dibuat kawasan perusahaan.
 
Bahkan tidak jarang mereka justru harus lari dari wilayah yang didiaminya sejak dulu.
 
Keberadaan mereka saat ini semakin menurun terlebih sejak adanya kawasan sebuah perusahaan dikawasan hutan harapan.

sejak tahun 2006, masyarakatnya yang sebelumnya ada ratusan kepala keluarga harus meninggalkan kampung halamannya akibat kawasan mereka yang masuk ke dalam perusahaan tersebut. 

Orang rimba merupakan salah satu komunitas terasing di provinsi jambi. Mereka terbagi dalam macam macam suku tergantung daerahnya.
 
Pemerintah setempat memutuskan menyebut orang rimba dengan sebutan anak dalam.
 

 

 
3. Suku Hutan (Batam)

Suku Hutan adalah salah satu suku terasing di batam. Mereka terancam punah karena kurang mendapat perhatian.
 
Pada tahun 1970 an, ada 70 keluarga atau 150 jiwa yang mendiami pulau rempang di Batam. Kini jumlahnya hanya 13 jiwa dari 8 keluarga. 

Menurut anak seorang sesepuh mengatakan, salah satu penyebab suku ini hampir punah karena kebiasaan suku yang pindah keluar daerah dan tidak kembali lagi setelah di rantau. 

Selain itu kebiasaan Suku Hutan yang gemar minum Toak menyebabkan mereka jatuh sakit dan meninggal. Suku Hutan menghuni pulau rempang sejak ratusan tahun yang lalu.

 
4. Suku Sakai di Riau

Suku Sakai merupakan suku asli yang berada di provinsi Riau, mereka dikenal hidup nomaden atau suka berpindah pindah dari satu hutan ke hutan lain.
 
Sesuai dengan arti nama sakai yang berarti anak anak negri yang hidupnya disekitar sungai. Mata pencaharian suku ini bersumber dari kekayaan yang ada di sungai yakni ikan.

Banyak masyarakat yang beranggapan suku sakai jauh dari kemajuan sehingga mereka diremehkan bahkan dianggap rendah.
 
Kini suku sakai sangat sedikit populasinya bahkan terancam punah. Penyebabnya adalah tanah yang ditinggali mereka kaya akan minyak dan hutannya pun rimbun dengan jutaan pohon.
 
Banyak orang yang kemudian mengeksploitasinya secara berlebihan. Kini suku sakai tidak mempunyai ruang untuk hidup.
 
System kebijakan yang diterapkan Negara justru membuat suku suku ini terasing dari tanah leluhur mereka.
 
 
5.  Suku Samin

Berlanjutnya ke Suku Samin Bojonegoro yang hidup dikawasan hutan seluas 74 ribu hektar di kecamatan margomulyo Kabupaten Bojonegoro.
 
Hingga saat ini suku samin di Bojonegoro masih tetap ada namun banyak mengalami perubahan. 

Ajaran samin yang disebarkan oleh samin sorosentiko adalah bentuk sebuah penolakan terhadap budaya colonial belanda yang muncul pada masa penjajahan belanda abad 19 di Indonesia.

Keberadaan suku samin yang sekarang dengan yang dulu sudah berubah total hingga 180 derajat, Terutama para generasi mudanya.
 
Perubahan jaman suku samin ini berpengaruh terhadap tradisi masyarakat suku samin, seperti sudah menggunakan sepeda motor, traktor, dan pupu kimiawi dalam pertanian.
 
 
6.  Suku Asli Papua

Keberadaan Suku Asli Papua mulai terancam punah karena kebiasaan buruk yang dimiliki suku tersebut.
 
Penularan penyakir HIV/Aids di Papua semakin tidak terkendali, hal ini membuat keberlangsungan hidup suku asli papua terancam punah.

Selain itu maraknya minuman keras di papua membuat suku disana banyak yang mati karena sering meminumnya.

BACA JUGA:Tersohor Karena Awet dan Tahan Lama, Ini 3 Merk Ban yang Wajib Pengendara Motor Ketahui
 
7. Suku Sakai

Eksploitasi hutan yang berlebihan ternyata juga mendorong Suku Sakai ke bibir jurang kepunahan. Suku yang mendiami Riau ini menggantungkan hidup pada hutan. 

Suku yang asalnya merupakan penduduk Kerajaan Pagaruyung, Minangkabau, yang melakukan migrasi ke kawasan rimba belantara yang kini masuk wilayah Kabupaten Siak, Riau.
 
Mereka menjadi komunitas asli di pedalaman daratan Riau, namun selalu hidup berpindah-pindah di hutan.

Karena sering berpindah, Suku Sakai umumnya tinggal di suatu pondokan yang mudah dibongkar.
Di dalamnya tinggal beberapa keluarga dan seorang pemimpin yang biasanya disebut dengan batin. 
 
 
Beberapa lokasi yang sering ditinggali Suku Sakai di antaranya seperti daerah Kandis, Balai Pungut, Kota Kapur, Minas, Duri, sekitar Sungai Siak hingga bagian hulu Sungai apit.

Suku Sakai sangat menghormati hutan adat mereka. Kawasan yang biasa mereka sebut sebagai ulayat tersebut memiliki peraturan tertentu yang tak boleh dilanggar, salah satunya adalah larangan penebangan pohon.

Jika melanggar peraturan tersebut masyarakat Suku Sakai akan dikenakan denda uang yang jumlahnya setara dengan emas dalam ukuran tertentu, yang telah ditentukan dalam rapat adat.
 
Denda itu biasanya disesuaikan dengan usia pohon yang ditebang.
 
Artikel ini sudah tayang di Radar Muko-Muko

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: