Melacak Jejak Abad ke-18, Eksplorasi Warungboto sebagai Destinasi Wisata Instagramable
Melacak Jejak Abad ke-18, Eksplorasi Warungboto sebagai Destinasi Wisata Instagramable--Net
PAGARALAMPOS.COM - Warungboto, dengan sejarah yang berusia lebih dari dua abad, menghadirkan pesona dan keindahan masa lalu yang masih terasa begitu nyata.
Tersembunyi di antara jajaran bangunan tua yang kini telah dipugar dengan indah, Warungboto adalah destinasi wisata yang mengajak Anda untuk melacak jejak abad ke-18.
Namun, Warungboto tidak hanya tentang sejarah; tempat ini juga menawarkan keindahan arsitektur dan nuansa yang sangat cocok untuk diabadikan dalam foto Instagram Anda.
Dalam artikel ini, mari bersama-sama menjelajahi Warungboto sebagai destinasi wisata Instagramable yang akan memikat mata dan hati Anda.
BACA JUGA:Sudah Tahu Belum? Ternyata Ini Merk Ban Motor yang Teruji Paling Awet dan Tahan Lama
Pesanggrahan Warungboto telah lama menjadi daya tarik utama di Yogyakarta, dikenal sebagai tempat yang menyajikan keindahan istana air yang megah dengan ciri khas arsitektur zaman dulu.
Situs ini juga dikenal sebagai cagar budaya yang memiliki nilai historis yang tinggi.
Berdasarkan informasi dari Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Pesanggrahan Warungboto memiliki struktur bangunan yang mirip dengan Istana Air Tamansari, sebuah kompleks istana yang dulu menjadi tempat pribadi para sultan Yogyakarta.
Berdiri dengan gagahnya, Pesanggrahan Warungboto menjadi saksi bisu dari masa keemasan abad ke-18 di Yogyakarta.
BACA JUGA:Paling Awet di Jalanan, Rekomendasi Ban Motor Berikut Terbaik Untuk Pengendara Indonesia
Terletak di Jalan Veteran No. 77, Warungboto, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, situs ini menghadirkan keunikan dengan sejarahnya yang terkait erat dengan keluarga keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Dibangun pada abad ke-18 oleh Sultan Hamengkubuwono II ketika masih menjadi Putra Mahkota (1765-1792), Pesanggrahan Warungboto memiliki nilai lebih sebagai bekas tempat mandi keluarga keraton.
Pesanggrahan ini dirancang dengan dua sisi yang menghadap ke Sungai Gadjah Wong, yaitu sisi barat dan timur.
Namun, perjalanan sejarah tidak selalu mulus. Pada tahun 2006, gempa dahsyat yang melanda Yogyakarta membuat struktur bangunan situs ini mengalami kerusakan serius.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: