Sebuah Karya untuk Kemanusiaan yang Memiliki Kekuatan Reflektif dan Introspektif (03)

Sebuah Karya untuk Kemanusiaan yang Memiliki Kekuatan Reflektif dan Introspektif (03)

Sebuah Karya untuk Kemanusiaan yang Memiliki Kekuatan Reflektif dan Introspektif--google.com

PAGARALAMPOS.COM – Dia sampai di terowongan pejalan kaki beton besar.

Dari situ kemudian muncul anjing anti-tank yang menggonggong dan menggeram. 

Sang Komandan berjalan melewati terowongan gelap dan keluar dari sisi lain. 

BACA JUGA:Seksi, Tribhuwana Tunggadewi, Penguasa ke 3 Majapahit, Satu-satunya Penguasa Majapahit Berparas Cantik

Dia diikuti oleh yūrei (hantu) salahsatu prajuritnya, Prajurit Noguchi, yang meninggal karena luka parah di lengan komandan. 

Wajah Noguchi tampak biru dengan mata menghitam. Noguchi sepertinya tidak percaya bahwa dia sudah mati. 

Noguchi menunjuk ke cahaya yang memancar dari sebuah rumah di lereng gunung terdekat, yang dia identifikasi sebagai rumah orangtuanya. 

BACA JUGA:Enak Begituan? Mengisolir Diri Dari Dunia Luar Demi Jaga Hutan Leluhur Hingga Warisi Budaya Perkawinan Sedarah

Dia patah hati, mengetahui dia tidak dapat melihat mereka lagi, meskipun dia tetap menghormati komandannya. 

Mengikuti keinginan komandan agar dia menerima nasibnya, Noguchi kembali ke terowongan.

Seluruh peleton ketiga komandan, dipimpin oleh seorang letnan muda yang mengacungkan pedang perwira, kemudian keluar dari terowongan. 

BACA JUGA:Beh Keren Banget! Ini Warisan Ratu Tribhuwana Tunggadewi, Inspirasikan Generasi Penerus Indonesia

Mereka berhenti dan mengacungkan senjata, memberi hormat kepada komandan. Wajah mereka juga berwarna biru. 

Komandan berjuang untuk memberi tau mereka bahwa mereka sudah mati. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: