Menelisik Sejarah Batu Macan Gunung Padang? Ini Penjelasanya
Menelisik Sejarah Batu Macan Gunung Padang? Ini Penjelasanya--
PAGARALAMPOS.COM - Menelisik Sejarah Batu Macan Gunung Padang? Ini Penjelasanya.
Gunung Padang adalah sebuah situs purba yang berasal dari era Megalitikum yang fenomenal di Jawa Barat, Indonesia.
Megalitikum mengacu pada zaman Batu Besar, salah satu babak penting dalam sejarah prasejarah.
Situs Gunung Padang terletak di Desa Karya Mukti, Campaka, Cianjur Selatan, dengan jarak sekitar 33 kilometer dari pusat Kota Cianjur.
BACA JUGA:Keren! Ternyata Ini Asal-usul Benua Atlantis Benua yang Dikabarkan Hilang, Benarkah?
Saat memasuki lokasi situs, pengunjung akan melewati sederet anak tangga batu sebanyak 378 buah untuk mendekati Gunung Padang.
Secara keseluruhan, Gunung Padang memiliki lima teras yang terlihat dari struktur permukaannya. Setiap teras dilengkapi dengan susunan menhir, yaitu batu tunggal berdiri yang terbuat dari batuan andesit.
Salah satu batu besar yang menarik perhatian pengunjung adalah batu macan. Pada batu tersebut terdapat ukiran yang menyerupai jejak kaki, mirip telapak kaki macan dewasa.
Di dekat batu tersebut terdapat tulisan "Batu Tapak Maung" yang berarti telapak kaki harimau atau macan dalam bahasa sunda.
BACA JUGA:Nenek Moyang Orang Jawa Keturunan India? Pendekar Sakti Inilah Pembawa Peradabannya
Sejak ditemukan pertama kali oleh NJ Krom pada tahun 1914, Gunung Padang telah dianggap sebagai situs megalitikum terbesar di Asia Tenggara.
Bahkan, berdasarkan penelitian yang dipresentasikan dalam pertemuan American Geophysical Union 2018, Gunung Padang dianggap sebagai bangunan bersejarah tertua di dunia.
Bagi para pengunjung yang beruntung, mereka dapat menginjakkan kaki dan menyaksikan secara langsung keajaiban Gunung Padang dari dekat.
Pengalaman tersebut tentunya menggugah rasa ingin tahu dan kekaguman terhadap warisan sejarah yang luar biasa ini.
BACA JUGA:Kisah Gunung Padang, Diyakini Sebagai Tempat Sakral Prabu Siliwangi dan Tapak Harimau yang Menyimpan Misteri!
Dalam konteks kebudayaan megalitikum, Robert von Heine-Geldern, seorang etnograf, sejarawan, dan arkeolog asal Austria, mengungkapkan bahwa ada dua gelombang kebudayaan megalitikum yang mempengaruhi Indonesia.
Pertama adalah Megalitikum Tua yang datang pada era Neolitikum (2500-1500 SM). Kebudayaan ini dibawa oleh pendukung kebudayaan Kapak Alun-Alun (Proto Melayu).
Contoh struktur bangunan dari era Megalitikum Tua meliputi menhir, punden berundak-undak, dan arca-arca statis.
Kedua adalah Megalitikum Muda, yang masuk ke Indonesia pada era Perunggu (1000-100 SM). Kebudayaan ini dibawa oleh pendukung kebudayaan Dongson (Deutro Melayu).
BACA JUGA:Waspada! Pendaki Tak Boleh Langgar Ini di Alas Lali Jiwo Gunung Arjuno
Contoh struktur bangunan dari era Megalitikum Muda meliputi peti kubur batu, dolmen, waruga Sarkofagus, dan arca-arca dinamis.
Gunung Padang menjadi saksi bisu dari peradaban megalitikum di Indonesia. Situs ini menghadirkan kekayaan sejarah dan arkeologi yang memikat, memungkinkan kita untuk menyelami masa lalu dan menghargai warisan nenek moyang kita.
Meskipun masih banyak yang perlu dipelajari dan diungkapkan, Gunung Padang telah menjadi bukti penting tentang kehidupan prasejarah manusia di wilayah ini.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: