Menurut Sejarah, Inilah Alasan Kerajaan Sriwijaya Runtuh

Menurut Sejarah, Inilah Alasan Kerajaan Sriwijaya Runtuh

PAGARALAMPOS.COM - Sriwijaya adalah kerajaan bercorak Buddha yang pernah berdiri di Palembang, Sumatera Selatan.

Sebagai salah satu kerajaan terbesar di Nusantara, Sriwijaya telah berkuasa atas wilayah yang membentang dari Sumatera, Kepulauan Riau, Bangka, Singapura, Semenanjung Malaka, Thailand, Kamboja, Vietnam Selatan, Kalimantan dan Jawa.

Setelah beberapa abad berkuasa, Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran pada abad ke-11 dan akhirnya runtuh pada abad ke-12.

Namun ada sebagian kerajaan yang runtuh ini meninggalkan jejak sejarahnya namun ada juga yang tidak meninggalkan jejak sejarah sama sekali.

BACA JUGA:Misteri HIlangnya 3 Pendekar Tanah Jawa, Kisah Ajisaka Yang Sakti Mandraguna!

Sriwijaya kerajaan yng sangat ditakuti di Zamanya saja harus runtuh di Abad ke 12, padahal siapa yang bisa membayangkan kerjaan sebesar dan sehebat ini bisa hancur lebur.

Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-12 Masehi, dan dilanjutkan berapa tahun kemudian munculnya  Kesultanan Palembang Darussalam.

Kerajaan Sriwijaya disebut juga adalah Kerajaan Laut atau maritim yang kuat, bisa runtuh ketika dikalahkan oleh Kerajaan Majapahit di pulau Jawa.

Ketika Sriwijaya runtuh sebagai pusat perdagangan, muncullah daerah atau kota yang disebut Palifong dalam bahasa Tionghoa – lebih dikenal sekarang sebagai kota Palembang.

BACA JUGA:Raja Sekaligus Pendekar Pertama Tanah Jawa, Inilah Kisah Sang Aji Saka!

Setelah keluar dari Sriwijaya, kota ini tetap eksis sebagai kota niaga dengan kegiatan ekonomi dan niaga yang masih terkonsentrasi, masih dikenal dengan sebutan Ku-kang (dalam bahasa Tionghoa) atau Pelabuhan Tua.

Kota Palembang merupakan pusat pelabuhan internasional yang banyak dikunjungi oleh pengusaha Tionghoa.

Padahal, kota ini merupakan daerah kantong China selama kurang lebih 200 tahun saat itu.

Ketika kota Palembang berada di bawah kendali ekonomi pedagang Tionghoa, pangeran Palembang, Parameswara, terpaksa meninggalkan kota itu pada tahun 1397.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: