Apakah Alasan Keturunan Adipati Cepu Dilarang Mendaki Gunung Lawu? Ini Kata Prabu Brawijaya

Apakah Alasan Keturunan Adipati Cepu Dilarang Mendaki Gunung Lawu? Ini Kata Prabu Brawijaya

Apakah Alasan Keturunan Adipati Cepu Dilarang Mendaki Gunung Lawu? Ini Kata Prabu Brawijaya-tangkapan layar-Youtube

Yakni di atas bukit yang diapit oleh tiga batang sungai berlereng curam, yakni Cisadane, Ciliwung (Cihaliwung) dan Cipaku (anak Cisadane).

BACA JUGA:7 Gaya dan Model Rambut Pendek Wanita Ini Tak Lekang Oleh Jaman

Kemudian, di tengahnya mengalir Sungai Cipakancilan yang ke bagian hulu sungainya bernama Ciawi.

Pakuan terlindung oleh lereng terjal pada ketiga sisinya, namun di sisi tenggara kota berbatasan dengan tanah datar dan terdapat benteng (kuta) yang paling besar, pada bagian luar benteng terdapat parit yang merupakan bentuk negatif dari benteng tersebut.

Tanah galian parit itulah yang diperkirakan untuk dijadikan bahan pembangunan benteng.

Ibu Kota Pajajaran sempat berpindah-pindah dari Galuh, Pakuan, Saunggalah, Pakuan, Kawali, dan Pakuan.

Ibu kota Pajaran dibagi ke dalam dua bagian, yaitu Kota bagian Dalam dan Kota bagian Luar.

BACA JUGA:Mitos Disekeliling Situs Gunung Padang, Apakah Wajar di Tawar 12 Triliun?

Kota Dalam dan Kota Luar dibatasi benteng alam berupa bukit memanjang di sebelah timur

Struktur Ibu kota Pajajaran diperkuat oleh sungai alam, parit kecil yang melewati bagian barat keraton, dan benteng buatan di selatan.

Benteng yang berlapis-lapis ini dibuat untuk menangkis serangan pasukan Islam dari luar (Demak, Banten, dan Cirebon).

Wilayah Sunda, khususnya Kerajaan Sunda merupakan wilayah yang unik bagi Majapahit.

Disebutkan bahwa Mahapatih Gajah Mada sampai enggan untuk menyerang secara militer.

Padahal wilayah Sunda merupakan bagian yang dibidik oleh Gajah Mada supaya sumpahnya untuk menyatukan Nusantara terwujud.

Sunda merupakan kerajaan sendiri yang bebas dan tak layak untuk ditaklukkan secara militer.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: