Masih Teka Teki, Situs Gunung Padang Kiblat Peradaban Purba di Dunia

Masih Teka Teki, Situs Gunung Padang Kiblat Peradaban Purba di Dunia

Foto : Masih Teka Teki, Situs Gunung Padang Kiblat Peradaban Purba di Dunia.-Kolase-Google.com

PAGARALAMPOS.COM -  Para arkeolog percaya bahwa Situs Megalitik Gunung Padang adalah situs megalitik terbesar di Asia Tenggara.

Situs itu diperkirakan dibangun kira-kira 2.000 tahun sebelum Masehi atau sekitar 2.400 tahun sebelum kerajaan Nusantara pertama berdiri di Kutai, Kalimantan, atau kira-kira 2.800 tahun sebelum Candi Borobudur dibangun.

Melihat susunan batu dan pemilihan panorama lingkungan sekitar situs, siapa pun akan takjub pada betapa tingginya kebudayaan Nusantara purba.

Sumber material bangunan dan kualitasnya yang terpilih, serta orientasinya pada simbol-simbol keilahian khas era purbakala.

BACA JUGA:Penuh Misteri! Inilah Fakta Unik Gunung Padang

Seperti gunung dan samudera, membuat pengunjung menerawang bahwa betapa agung dan berperspektifnya peradaban purba Nusantara. Atau bahkan di dunia, masih teka teki.

Bercerita peradaban, jika proses perkembangan peradaban manusia memakan waktu yang tidak sebentar. Sebelum akhirnya kita menikmati hidup di masa sekarang.

Dimana kita dapat dengan mudah menggunakan berbagai macam benda sesuai dengan kemauan dan kebutuhan.

Proses di balik penemuan benda tersebut dapat ditarik ke ribuan tahun yang lalu.

BACA JUGA:Misteri Situs Megalith dan Harta Karun Gunung Padang, Siapakah Orang Pertama Menemukanya?

Dapat dikatakan bahwa peradaban manusia dimulai dari zaman batu, di mana orang-orang di masa itu masih menggunakan batu untuk kegiatan keseharian.

Pada zaman batu, salah satu benda yang cukup populer adalah megalit atau batu besar, membuat zaman ini disebut juga sebagai “Zaman Megalitikum”.

Situs megalitikum terbesar di Asia Tenggara, Gunung Padang yang berada di Desa Campaka, Cianjur, Jawa Barat, masih menjadi magnet para peneliti arkeologi dan geologi. 

Buletin Dinas Kepurbakalaan masa kolonial mengungkap keberadaan situs punden berundak itu tepat 1 abad silam. 4 Tahun pascakemerdekaan Indonesia, sejarawan Belanda NJ Krom juga mengungkap areal peninggalan bersejarah itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: