Meski Kerajaan Kecil, Kerajaan Sunda Ternyata Tak Bisa Ditaklukan Oleh Majapahit loh, Kok Bisa?

Meski Kerajaan Kecil, Kerajaan Sunda Ternyata Tak Bisa Ditaklukan Oleh Majapahit loh, Kok Bisa?

Meski Kerajaan Kecil, Kerajaan Sunda Ternyata Tak Bisa Ditaklukan Oleh Majapahit loh, Kok Bisa? -Foto: net-

PAGARALAMPOS.COM - Awal mula eksistensi orang-orang Sunda di Indonesia tak bisa dilepaskan dari sejarah Kerajaan Pajajaran. 

Keteguhan rakyat Kerajaan Pajajaran dalam mempertahankan adat dan budayanya dari pengaruh Jawa oleh Kerajaan Majapahit, membuat orang Sunda sedikit berbeda dengan orang-orang yang tinggal di Pulau Jawa pada umumnya. 

Sikap Kerajaan Pajajaran yang tidak mau tunduk kepada Majapahit membuat tidak adanya percampuran budaya antara Sunda maupun Jawa. Sehingga adat budaya dan bahasa Sunda masih terus lestari hingga kini.

Carita Parahyangan mengisahkan di masa pemerintahan Surawisesa tercatat melakukan serangan 15 kali selama menjabat sebagai raja di Pajajaran. 

BACA JUGA:Sampai Majapahit Runtuh Abad 16, Padjadaran Tidak Juga Bisa Ditaklukan, Inikah Starteginya?

Sebagai usaha meningkatkan pertahanan dan keamanan, Prabu Siliwangi juga pernah melakukan hubungan diplomatik dengan bangsa Portugis saat menduduki Malaka pada tahun 1511 Masehi. 

Koalisi ini semakin harmonis semenjak tanggal 21 Agustus 1522 Masehi, telah disepakati bersama untuk menjalin hubungan bidang militer. 

Perjanjian ini menerangkan Portugis akan membantu Kerajaan Pajajaran dan siap mengerahkan seluruh kekuatan, jika terjadi perselisihan dengan kerajaan mana pun. 

Sebagai imbalannya, pihak Portugis meminta izin mendirikan benteng di Bandar Banten, dan diberi hak untuk mendapatkan 1.000 karung merica. 

BACA JUGA:Meski Miliki Kekuatan Militer Besar, Ternyata Majapahit Pernah Gagal Menguasai Kerajaan Kecil Ini!

Setelah runtuhnya Kerajaan Tarumanegara maka panggung politik di Jawa Barat didominasi oleh Kerajaan Sunda. 

Meskipun ada pendapat yang menyebutkan bahwa pada masa itu (setelah berakhirnya Tarumanegara) terdapat dua kekuatan politik yakni Kerajaan Sunda dan Galuh, tetapi sebagian besar ahli sejarah lebih memihak pada pendapat yang menyebutkan bahwa pada masa itu hanya ada satu kerajaan yakni Kerajaan Sunda dengan ibukota yang selalu berpindah antara Pakuan dan Galuh. 

Prasasti tertua yang menyebutkan nama Sunda adalah Prasasti Rakyan Juru Pangambat dengan angka tahun 854 C (932 M). 

Prasasti yang berbahasa Melayu kuna ini ditemukan di Desa Kebon Kopi, Kabupaten Bogor antara lain menyebutkan “...ba(r) pulihkan haji sunda...” artinya”...memulihkan raja sunda...” (Bambang S,1984:91).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: