Fiksional Epik Biopik Seorang Vampir yang ‘Hidup Datar’ Selama Beratus Tahun (02)
Fiksional Epik Biopik Seorang Vampir yang ‘Hidup Datar’ Selama Beratus Tahun--google.com
Terlepas dari kekurangan film ini mulai dari adegan Pitt-Cruise yang agak bikin beberapa penontonnya mengrenyitkan dahi, scene absurd bin ajaib, si Christian Slater yang jam terbangnya minim, padahal dia aktor yang cukup mumpuni, hingga endingnya sendiri yang kurang memuaskan.
BACA JUGA:The Children of Huang Shi (2008), Antara Cinta, Tanggungjawab dan Keberanian (03)
Namun, Interiew With The Vampire setidaknya berhasil menutupi semua kelemahannya itu dengan jejeran Ensemble Cast yang Chemistry-nya solid.
Drama yang ‘sakit’, guyonan yang lumayan menghibur (lelucon tentang si lelaki gila dari Irlandia itu somehow works for me).
Dan hingga pada akhirnya, Interview With The Vampire adalah sebuah film yang berhasil menarik unsur kesendirian, kesepian.
BACA JUGA:The Impossible, Kegigihan Usaha Sebuah Keluarga yang Mengharukan dan Inspirasional (01)
Atau loneliness epik biopik seorang vampir yang hidup datar selama beratus tahun dengan gaya penceritaan 'Alur Mundur'-nya itu.
Ya, memang bukan film forever alone yang sempurna memang, tapi setidaknya Interview With The Vampire agak sukses menarik unsur kesepiannya dalam kadar yang sangat tinggi.
Sehingga di beberapa scene saya jadi ngerasa kasian dengan si Louis yang hidupnya udah fucked-up banget.
Kadar kasihan itu pun makin terasa dan luar biasa terasa saat film ini berakhir.
BACA JUGA:The Impossible, Kegigihan Usaha Sebuah Keluarga yang Mengharukan dan Inspirasional (02)
Maksudnya bukan endingnya yang absurd itu, tapi lagu dari The Rolling Stone yang berjudul 'Sympathy for the Devil' yang menemani roll credit.
Lagu itu ternyata somehow berhasil merepresentasikan semua unsur loneliness dalam film ini.
Bahwa pada kenyataannya; kejahatan seorang vampir adalah saat seorang vampir tidak bisa menjadi jahat.
Toh pada ujungnya, vampir adalah vampir, kan?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: