Mengenal Tradisi 'Bubus' Tebat Puyang Khas Suku Besemah

Mengenal Tradisi 'Bubus' Tebat Puyang Khas Suku Besemah

bobos tebat-pidi-pagaralampos.com

“Warga yang mau mancing pun kami larang,” ucapnya. Inilah sebabnya, diakui Antoni, bibit ikan cepat tumbuh besar dan  jumlahnya tak berkurang. 

Ketika waktu pembubusan tiba, panitia pun bergerak lagi. Di tebat ini, menurut Antoni, yang boleh membubus dan nanggok ikan hanyalah panitia.

“Warga boleh datang, tapi cukup mendekat saja,” ujar Sudarso, salahseorang anggota panitia lainnya. 

BACA JUGA:Mengenal Festival Pelang Kenidai, Tradisi Asli Suku Besemah di Sumatera Selatan Yang Masih Eksis

Ikan hasil tangkapan kemudian dikumpulkan lalu dibagi-bagikan kepada warga  yang datang. Jumlahnya dipastikan Antoni sama banyak. “Kalau dijatah satu kilo, maka semuanya dapat satu kilo,” ucapnya. 

Tapi tak semua warga mendapatkan ikan hasil nanggok. Antoni menyatakan hanya warga pupuan (patungan) untuk membeli bibit ikan saja yang boleh menangguk dan mendapatkan jatah ikan. “Itu (perjanjian) merupakan kesepakatan bersama warga,” terang Antoni.*

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: