Menjadi Pusat MBKM pada Abad ke-7, Ini Sejarah Candi Kedaton Muaro Jambi
PAGARALAMPOS.COM - Rombongan Benchmarking Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) di Universitas Jambi mendapat kesan tersendiri.
Dimana rombongan Kampus UMRAH di hari ke-2 berkesempatan untuk mengunjungi situs bersejarah yang diduga sebagai situs peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu yakni Candi Kedaton Muaro Jambi.
Rombongan Kampus UMRAH dalam kunjungan lapangan itu didampingi langsung oleh salah seorang Tim PUI-PT Integrated Ceative Tourism (ICT) UNJA sekaligus Ketua Program Studi Arkeologi FKIP Universitas Jambi, Asyhadi Mufsi Sadzali, S.S, M.A. Seraya mendampingi rombongan Kampus UMRAH, Asyhadi turut menjadi narasumber di lapangan.
Menurut Asyhadi, Candi Kedaton tersebut merupakan candi terluas di Asia Tenggara dengan luas hampir 4.000 hektar atau sekitar 3.981 hektar.
BACA JUGA:Mengenal Sejarah dan Budaya Candi Arjuna, Ada Mitosnya Juga Loh!
Dijelaskan oleh Asyhadi Mufsi bahwa Candi Kedaton merupakan Candi yang dibangun dengan menggunakan batu bata merah yang memiliki kualitas sangat bagus. Karena proses riset lanjutan masih berjalan, secara pasti dirinya belum dapat memastikan darimana sumber bahan dasar batu bata tersebut didapat pada zaman itu dalam membangun Candi Kedaton.
Di area Candi Kedaton terdapat juga sebuah sumur tua yang menurut kisah usianya sama tua dengan Candi tersebut. Bagi pengunjung yang berkesempatan masuk ke area Candi Kedaton tidak akan menyianyiakan kesempatannya untuk mencicipi kesegaran air yang bersumber dari sumur itu.
Kepada rombongan benchmarking MBKM kampus UMRAH, Asyhadi (arkeolog UNJA) yang akrab dipanggil Didi itu menjelaskan bahwa Candi Kedaton Muaro Jambi tersebut merupakan bekas Pusat Pembelajaran terbesar di Asia pada abad ke-7 hingga 13. Dalam penjelasannya di Candi Kedaton itu sehari-hari diisi dengan aktivitas belajar.
Istimewanya lagi, menurutnya orang-orang dari berbagai penjuru dunia seperti India dan China datang di situs bersejarah itu. Jika mengadopsi istilah program MBKM saat ini di abad ke-7 hingga 13 Candi Kedaton saat itu selalu berdatangan siswa ataupun guru untuk belajar dan mengajar serupa dengan falsafah dari program MBKM saat ini.
BACA JUGA:Mengenal Lebih Dekat Varis Van Java Bandung, Ada Tempat Belanjanya Juga
Di Candi Kedaton itupula beberapa tokoh cendekia mendunia yang kemungkinan pendharmaannya di situs tersebut, diantaranya Maha Guru Sherlingpa Dharmakirti Swarnadwipa. Dalam penjelasannya Asyhadi merujuk kepada Catatan Perjalanan It Sing yang kemudian diterjemahkan oleh Takakusu (1896) kedalam bahasa inggris berjudul A Record of Buddhist Practices Sent Home from the Shouthern Sea.
Tokoh selanjutnya menurut Asyhadi adalah Atisa Dipamkara Shrijnana, merupakan murid dari Dharmakirti Swarnadwipa yang belajar di Muaro Jambi antara tahun 1011 sampai 1023 M.
Kisah itu diungkapkan oleh Tansen Sen (2014) dalam buku Buddhisme Across Asia: Networks of Material, Intellectual, and Cultural Exchange. Dikuatkan juga dengan berita Portugis berjudul Suma Orienta yang ditulis oleh Tome Pires saat lawatannya ke Wilayah Sumatera pada tahun 1512 M dengan mengulang sedikit cerita yang sama.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: