Selain Gerhana Bulan Total, Ini Sederat Fenomena Langit Lain di November

Selain Gerhana Bulan Total, Ini Sederat Fenomena Langit Lain di November

Ilustrasi gerhana bulan total. (Foto: Bambang E.Ros)--Cepi

PAGARALAMPOS.CO - Di Indonesia, fase-fase fenomena ini akan terjadi pada sekitar jam 3 sore sampai 9 malam. Fase Gerhana Bulan Total akan terjadi pada sekitar pukul 17.16 WIB. Dapat diamati di wilayah Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, NTT, NTB, Bali, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, sebagaian Kalimantan Barat, dan sebagian Jawa Timur.

Dilansir NPR, Gerhana Bulan terjadi ketika matahari, bumi, dan bulan sejajar. Selama fenomena Gerhana Bulan penuh terjadi, keberadaan bulan jatuh sepenuhnya dalam bayangan bumi.

Fenomena tersebut menyebabkan bulan tampak merah, sehingga sering dijuluki "bulan darah". Selama gerhana bulan, sedikit sinar matahari yang tersisa melewati atmosfer bumi untuk sampai ke bulan. Semakin berawan atau berdebu atmosfer, semakin merah bulan yang terlihat.

Gerhana Bulan Total menjadi fenomena yang sangat dinanti-nanti orang karena menampilkan pemandangan langit yang unik. Terlebih, fenomena ini baru akan terjadi lagi pada 14 Maret 2025.

BACA JUGA:Edukasi Petani Jeruk Gerga Kendalikan OPT

Selain Gerhana Bulan Total, di bulan November juga ada beberapa fenomena langit lainnya. Fenomena ini tentunya juga tidak kalah dalam menampilkan pemandangan langit yang unik. Berikut beberapa fenomena tersebut, dilansir situs NASA:

Selain Gerhana Bulan Total di bulan November sampai awal Desember, akan terjadi fenomena langit yang bernama Hujan Meteor Leonid. Dilansir situs NASA, untuk puncak fenomena tersebut, diperkirakan akan terjadi pada tanggal 18 November, tepatnya antara waktu tengah malam dan fajar. 

Hujan Meteor Leonid dianggap sebagai meteor tercepat, melesat melintasi langit dengan kecepatan 44 mil (71 kilometer) per detik. Hujan Meteor ini dihasilkan ketika Bumi melewati puing-puing yang ditinggalkan oleh komet 55P/Tempel-Tuttle.

Hujan ini disebut Leonid karena pancarannya atau titik di langit tempat meteor tampaknya muncul, terletak di konstelasi rasi Leo. Untuk melihat fenomena ini tidak diperlukan peralatan khusus. Hanya dibutuhkan langit yang cerah dan kesabaran untuk menunggu.

BACA JUGA:Diharapkan Bisa Menjadi Pemimpin dan Duta Pancasila

Dilansir NASA, Bulan Baru atau New Moon akan terjadi pada tanggal 23 November. Bulan baru kebalikan dari bulan purnama. Selama Bulan purnama, kita melihat sisi Bulan yang diterangi oleh Matahari, membuat Bulan tampak cerah dan bercahaya. Namun, selama Bulan baru, kita melihat sisi Bulan yang tidak diterangi oleh Matahari, yang membuat Bulan menyatu dengan langit malam yang gelap.

Bulan Baru adalah fenomena di mana bulan sedang dalam fase tidak terlihat. Ini adalah fase di mana seluruh permukaan bulan yang disinari matahari berada di bagian “belakang” bulan dan bagian yang tidak disinari terlihat dari Bumi.

BACA JUGA:3 Fakta Soal Kondisi Nikita Mirzani Selama di Tahanan.

Pada fase ini, bulan berada di bagian langit yang sama dengan matahari dan terbit serta terbenam bersama matahari. Pada fase ini, bulan tidak melintas langsung antara bumi dan matahari. Hanya lewat di dekat matahari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber