Pemkot PGA

Fenomena Digital Burnout: Ketika Hidup Tak Lepas dari Layar, Gadget Jadi Sumber Stres Modern

Fenomena Digital Burnout: Ketika Hidup Tak Lepas dari Layar, Gadget Jadi Sumber Stres Modern

Saat Gadget Jadi Sumber Stres Modern-net-kolase

PAGARALAMPOS.COM = Di era serba digital, gadget telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dari pekerjaan, hiburan, hingga komunikasi sehari-hari, hampir semua aktivitas kini bergantung pada layar.

Namun, di balik kemudahan itu, muncul fenomena baru yang diam-diam menggerogoti kesehatan mental masyarakat modern: “Digital Burnout” kelelahan ekstrem akibat paparan berlebihan terhadap dunia digital.

Menurut laporan World Health Organization (WHO) dan studi terbaru dari Harvard Business Review (2025), lebih dari 60 persen pekerja digital di seluruh dunia mengalami gejala digital burnout.

BACA JUGA:Waspada! Terlalu Lama Menatap Layar Gadget Bisa Picu Gangguan Mata Serius

Gejala ini mencakup kelelahan mental, gangguan tidur, kecemasan sosial, penurunan konsentrasi, dan kehilangan motivasi kerja. Ironisnya, banyak yang tidak menyadari bahwa akar masalahnya berasal dari konsumsi digital yang tak terkendali.

“Digital burnout berbeda dengan stres biasa. Ini adalah bentuk kelelahan yang muncul karena otak kita terus-menerus menerima rangsangan digital tanpa jeda. Notifikasi, email, media sosial semua itu membuat otak tidak pernah benar-benar beristirahat,” jelas Dr. Ratna Dewi, Psikolog Klinis Universitas Indonesia, dalam wawancara, Kamis (23/10).

Ia menambahkan, fenomena ini banyak terjadi di kalangan usia produktif dan generasi muda yang bekerja di sektor kreatif, startup, serta pekerja remote. Mereka sering kali sulit memisahkan batas antara waktu kerja dan waktu pribadi karena selalu “terhubung” dengan internet.

BACA JUGA:Terlalu Lama di Depan Layar? Ini 10 Cara Jitu Mengurangi Kecanduan Gadget

Kementerian Kesehatan RI juga menyoroti tren ini sebagai ancaman baru bagi kesehatan mental masyarakat digital. Dalam keterangan resminya, Kemenkes mengimbau masyarakat untuk mulai menerapkan “digital hygiene” kebersihan digital yang meliputi pengelolaan waktu layar, penggunaan gawai secara sadar, dan detoks digital secara berkala.

Beberapa strategi sederhana yang disarankan antara lain:

  • Membatasi waktu penggunaan media sosial maksimal dua jam per hari,
  • Mengaktifkan mode “do not disturb” di luar jam kerja,
  • Meluangkan waktu untuk aktivitas tanpa layar seperti membaca buku fisik, olahraga, atau berinteraksi langsung dengan keluarga dan teman.

“Teknologi harus menjadi alat bantu, bukan sumber tekanan. Ketika kita kehilangan kendali terhadap waktu layar, maka gadget berubah dari alat produktivitas menjadi sumber stres,” ujar dr. Nadia Tarmizi, Juru Bicara Kemenkes RI.

BACA JUGA:Bukan Sekadar Gadget, Ini HP Termahal Dunia Bernilai Ratusan Miliar

Fenomena digital burnout kini menjadi perhatian global. Beberapa perusahaan besar dunia mulai menerapkan kebijakan digital well-being, seperti jam kerja tanpa notifikasi, hari bebas email, dan pelatihan manajemen stres digital bagi karyawan.

Para ahli menegaskan bahwa kesadaran adalah langkah pertama dalam mengatasi kelelahan digital. Menetapkan batas waktu penggunaan gadget, melakukan refleksi diri, dan mengembalikan keseimbangan antara dunia online dan dunia nyata adalah kunci untuk menjaga kesehatan mental di era modern ini.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: