Agama dan bahasa juga menjadi faktor yang berperan penting dalam membentuk identitas Asia Tenggara. Kolonialisme Eropa membawa agama Kristen ke seluruh kawasan, yang meninggalkan pengaruh besar, terutama di negara-negara seperti Filipina dan Timor Leste, yang kini mayoritas beragama Kristen.
Selain itu, penggunaan bahasa kolonial—Inggris, Prancis, Belanda, dan Spanyol masih mendominasi di negara-negara Asia Tenggara. Bahasa ini menjadi bahasa resmi dan penghubung di banyak negara, meskipun bahasa lokal tetap digunakan di banyak daerah.
BACA JUGA:Sejarah Museum Wayang: Dari Gereja Kolonial hingga Pusat Pelestarian Budaya Nusantara!
2. Eksploitasi Sumber Daya Alam dan Ketergantungan Ekonomi
Kolonialisme di Asia Tenggara tidak hanya mengubah struktur sosial, tetapi juga mengekstraksi sumber daya alam yang melimpah dari wilayah ini. Selama masa penjajahan, kekuatan kolonial sering kali mengeksploitasi sumber daya alam seperti rempah-rempah, karet, timah, dan minyak, yang menguntungkan negara penjajah namun meninggalkan negara-negara Asia Tenggara dalam ketergantungan ekonomi yang mendalam.
Perekonomian yang Terpusat pada Ekspor
Salah satu dampak jangka panjang yang masih terasa hingga kini adalah ketergantungan terhadap ekspor komoditas primer. Negara-negara di Asia Tenggara masih mengandalkan komoditas seperti minyak, gas, karet, dan hasil tambang sebagai pilar ekonomi utama mereka.
Sistem ekonomi yang dibangun oleh penjajah untuk menguntungkan diri mereka sendiri telah mengarah pada ekonomi yang sangat terfokus pada ekspor dan tidak begitu beragam, menyebabkan ketahanan ekonomi yang rapuh.
Perdagangan dan Infrastruktur yang Menguntungkan Kolonial
Selain itu, kekuatan kolonial sering kali membangun infrastruktur yang hanya menguntungkan penjajahan dan mengabaikan kesejahteraan rakyat lokal.
Jalan raya, pelabuhan, dan jalur kereta api yang dibangun di bawah penjajahan lebih banyak digunakan untuk mendukung perdagangan komoditas dan eksploitasi daripada untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Ini menciptakan ketimpangan dalam pembangunan infrastruktur yang masih dapat terlihat di banyak negara Asia Tenggara, di mana wilayah-wilayah tertentu lebih maju dibandingkan wilayah lainnya.
BACA JUGA:Menelusuri Sejarah Benteng Pendem – Cilacap: Jejak Pertahanan Kolonial di Pesisir Selatan Jawa!
3. Politik dan Konflik yang Berlanjut: Dampak Batas Negara yang Ditarik secara Sembarangan
Salah satu warisan besar kolonialisme di Asia Tenggara adalah pembentukan batas negara yang tidak memperhitungkan etnis, budaya, dan kelompok-kelompok sosial yang ada.
Batas negara yang digariskan oleh kekuatan kolonial sering kali bersifat artifisial, tanpa mempertimbangkan ikatan budaya dan sejarah antara kelompok-kelompok yang berbeda.