PAGARALAMPOS.COM - Monumen Pahlawan Revolusi berdiri megah di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Monumen ini menjadi lambang penghormatan bagi tujuh perwira tinggi TNI Angkatan Darat yang gugur dalam tragedi G30S/PKI tahun 1965.
Keberadaannya tidak hanya mengenang jasa para pahlawan, tetapi juga menjadi pengingat bagi generasi penerus akan pentingnya menjaga keutuhan bangsa dan ideologi Pancasila.
Latar Belakang Pembangunan Monumen
Tragedi 1 Oktober 1965 menjadi salah satu peristiwa paling kelam dalam sejarah Indonesia. Tujuh jenderal TNI AD diculik dan dibunuh secara brutal oleh kelompok yang menamakan diri sebagai Gerakan 30 September (G30S).
Jasad mereka ditemukan di sebuah sumur tua di daerah Lubang Buaya, yang kini dikenal sebagai Sumur Maut.
BACA JUGA:Gelung Ciwidey. Gaya Rambut Tradisional Perempuan Sunda Masih Tetap Eksis
Sebagai bentuk penghormatan terhadap pengorbanan mereka, pemerintah di masa Presiden Soeharto membangun Monumen Pahlawan Revolusi pada tahun 1967.
Pendirian monumen ini dimaksudkan untuk mengenang jasa para pahlawan sekaligus menanamkan semangat kebangsaan dan kesetiaan terhadap ideologi Pancasila di hati masyarakat.
Arsitektur dan Makna Simbolik
Monumen ini merupakan bagian dari kompleks Monumen Pancasila Sakti, yang juga mencakup Museum Pengkhianatan PKI serta lokasi Sumur Maut Lubang Buaya.
Bagian utama monumen menampilkan tujuh patung perunggu yang berdiri sejajar dan menghadap ke lapangan upacara, menggambarkan:
Jenderal TNI Ahmad Yani
BACA JUGA:Medium Wavy Cut Solusi untuk Rambut Bergelombang yang Tak Mau Diatur
Letjen R. Suprapto
Letjen M.T. Haryono