Saat bunga ditebarkan, tersirat doa agar ruang dan hati manusia menjadi suci serta terbuka untuk menerima anugerah.
Selain itu, Tari Pendet juga menjadi simbol penghormatan terhadap tamu. Dalam tradisi Bali, tamu dipandang sebagai “titisan dewa” yang perlu disambut dengan kerendahan hati.
Hal ini menunjukkan bagaimana kearifan lokal Bali selalu mengedepankan sikap ramah, tulus, dan penuh penghormatan.
Tari Pendet dalam Dunia Modern
BACA JUGA:Sejarah Alat Musik Kecapi: Asal-Usul, Perkembangan, dan Filosofinya dalam Budaya Nusantara!
Memasuki era modern, Tari Pendet tidak kehilangan pesonanya. Bahkan, tarian ini semakin dikenal dunia internasional berkat sering ditampilkan dalam berbagai acara budaya, festival, dan promosi pariwisata.
Pada tahun 2009, sempat muncul kontroversi ketika Tari Pendet ditampilkan dalam iklan pariwisata Malaysia.
Peristiwa ini memicu reaksi masyarakat Indonesia yang menegaskan bahwa Pendet adalah bagian dari warisan budaya asli Bali. Kontroversi tersebut justru membuat Tari Pendet semakin dikenal luas.
Pemerintah Indonesia bersama masyarakat Bali semakin gencar melestarikan tari ini, baik melalui pendidikan seni di sekolah, sanggar tari, maupun pertunjukan pariwisata.
BACA JUGA:Sejarah Suku Dawan, Asal Usul, Tradisi dan Identitas Budaya Masyarakat Timor!
Kini, Tari Pendet menjadi salah satu ikon budaya Bali yang tidak hanya dinikmati di tanah kelahirannya, tetapi juga di berbagai belahan dunia.
Pelestarian Tari Pendet
Pelestarian Tari Pendet menjadi tanggung jawab bersama. Di Bali, banyak sanggar seni yang mengajarkan tarian ini sejak usia dini.
Anak-anak perempuan dilatih untuk memahami gerakan dasar, filosofi, dan makna yang terkandung di dalamnya.
Dengan demikian, generasi muda tidak hanya menari, tetapi juga menjiwai makna Tari Pendet sebagai bagian dari identitas mereka.
BACA JUGA:Sejarah Renaissance: Transformasi Budaya dan Peradaban Eropa